Bisnis.com, JAKARTA - Merck & Co., bersama rekannya Ridgeback Biotherapeutics LP tengah mengajukan izin penggunaan darurat (EUA) untuk obat antivirus pertama untuk Covid-19.
Molnupiravir yang berbentuk pil tengah diajukan ke Badan Obat dan Makanan AS (FDA) untuk pengobatan gejala Covid-19 yang ringan hingga sedang pada orang dewasa yang berisiko pada gejala parah yang membutuhkan perawatan di ruamh sakit.
Pengajuan kepada regulator internasional diperkirakan akan dilakukan dalam beberapa bulan ke depan setelah analisis interim dari temuan data uji klinis bahwa obat ini dapat mengurangi risiko perawatan di rumah sakit.
CEO dan Presiden Merck Robert M. Davis mengatakan dampak luar biasa dari pandemi ini mendorong perusahaan bergerak secara darurat. Perusahaan langsung menyerahkan aplikasi kepada FDA dalam 10 hari setelah menerima data.
"Kami menanti bekerja sama dengan FDA dalam melakukan kajian terhadap aplikasi kami dan bekerja sama dengan lembaga regulator lainnya karena semua yang dapat kami lakukan untuk membawa molnupiravir kepada pasien di seluruh dunia sesegera mungkin," ujarnya seperti dikutip Bloomberg pada Senin (11/10/2021).
Molnupiravir dapat diberikan kepada pasien di rumah, tidak seperti remdesivir antivirus dan terapi antibodi monoklonal Gilead Sciences Inc., yang diberikan melalui infus intravena seperti di rumah sakit.
Pemberian molnupiravir selama 5 hari akan memakan biaya US$700 per pasien, sepertiga dari pengobatan antibodi monoklonal, menurut New York Times.
Merck mengharapkan dapat melakukan 10 juta kursus pengobatan hingga akhir 2021 dengan lebih banyak dosis dijadwalkan untuk produksi pada 2022.
Produsen obat Amerika itu menyetujui pada Juni untuk kesepakatan pasokan US$1,2 miliar dengan pemerintah AS untuk menyediakan 1,7 juta kursus obat setelah mendapat persetujuan dari FDA