Bisnis.com, SOLO - Indonesia memang kaya akan warisan kuliner. Pasalnya, hampir setiap daerah memiliki kuliner khas masing-masing.
Di Temanggung, Jawa Tengah salah satunya. Di daerah ini ada satu kuliner tradisional yang unik, karena namanya biasa disebut "Ndas Borok".
Baca Juga Berkat Inovasi Ayam Crispy Bakar, Krisbar Susi Berhasil Menjadi Top of Mind Kuliner Yogyakarta |
---|
Meskipun namanya terkesan menyeramkan, namun cita rasanya sangat menggugah selera.
Dikutip dari laman Temanggungkab.go.id, makanan yang terbuat dari singkong, parutan kelapa dengan taburan gila aren ini memiliki cita rasa gurih dan manis.
Bentuknya yang mirip borok di kepala membuatnya lebih populer dengan sebutan Ndas Borok.
Salah seorang produsen dan penjual Ndas Borok adalah Saryanto (42) warga Desa Pendowo, Kecamatan Kranggan, Temanggung.
Ia membuat Ndas Borok sejak tiga tahun terakhir lantaran terinspirasi kenangan masa kecil dari makanan tradisional tersebut.
"Dulu setiap ke Parakan, saya selalu dibelikan makanan Ndas Borok. Saya amat menyukainya. Meski sudah tidak menjual beras di Parakan lagi, namun kenangan makan Ndas Borok semasa kecil terus teringat hingga sekarang. Karena itu saya memproduksi Ndas Borok," kenang Pak Itok belum lama ini.
Terkait latar belakang makanan Ndas Borok ini ternyata juga ada mitos yang melingkupi, yakni mengenai larangan membawa bekal nasi jika hendak naik atau mendaki ke Gunung Sumbing.
Penjelasan mengenai mitos ini, karena kalau bekal nasi yang dibawa maka akan mudah terasa lapar lagi tiap satu hingga dua jam usai makan.
Kondisi ini sangat tidak disarankan untuk naik gunung. Berbeda jika membawa gula aren dan kelapa yang berguna untuk stamina. Serta singkong sebagai makanan karbohidrat pengganti nasi.
"Jadi singkong, gula aren dan kelapa itu dipadu jadi satu, dikukus, jadi makanan Ndas Borok untuk bekal naik gunung," tutur Pak Itok.
Cara membuatnya, dijelaskan Itok, singkong dan kelapa diparut lalu dicampur rata, setelah itu ditaburi gula aren yang telah disisir tipis, diberi alas daun pisang lalu dikukus selama 20-30 menit.
Kemudian racikan itu ditempatkan dalam wadah yang terbuat dari anyaman bambu berbentuk bulat.
Dipilih bentuk bulat karena melambangkan ndas atau kepala.
"Setelah disajikan kerap ada kata-kata 'Kok koyo Ndas Borok (seperti kepala berpenyakitan)', sehingga diberi nama Ndas Borok," terangnya.
Dibantu isteri dan seorang anaknya, Itok mulai proses produksi Ndas Borok pada pukul 03.00 WIB dini hari.
Namun sebelumnya ia mencabut singkong dan memetik kelapa dari kebun, siangnya sekitar pukul 14.00 WIB.
Ia belajar membuat Ndas Borok secara autodidak. Semula makanan itu hanya dipasarkan di lingkungan Desa Pendowo diantara tetangga-tetangganya.
Kemudian ia menjualnya di Pasar Tani KTNA (Kontak Tani Nelayan Andalan) di daerah Kranggan, dan di Pasar Tani Pekarangan (Pastakaran).
Belakangan Itok mencoba mempromosikan Ndas Borok lewat media sosial.
Ndas Borok buatan Itok memiliki bentuk bulat berdiameter 20 sentimeter dengan ketebalan satu sentimeter.
Satu porsi bisa dibagi menjadi delapan potong, cukup untuk empat orang. Setiap harinya ia membuat rata-rata 20-30 porsi.
Makanan ini bisa tahan 3x24 jam jika telah dikukus minimal 20-30 menit tanpa diawetkan.
"Hanya saja akan berubah rasa sedikit asam. Kalau dikukus lagi rasa asam hilang," katanya.
Dijelaskan, tiap satu kilogram singkong dengan satu kelapa bisa jadi tiga porsi Ndas Borok. Satu porsi membutuhkan taburan gula arean sebanyak satu ons.
Tiap satu porsi Ndas Borok memiliki berat 3-4 ons. Ndas Borok dijual seharga Rp10 ribu per porsi.
Namun jika dibeli dari reseller harganya menjadi Rp 13-15 ribu per porsi. Itok memiliki tiga agen reseller Ndas Borok.
Pesanan Ndas Borok juga datang dari Semarang, Bandung, dan Yogyakarta. Meskipun ada pengiriman makanan yang bisa sehari sampai, namun karena ini tergolong makanan basah yang tidak tahan sampai terlalu lama, maka ia tidak mengutamakan pengiriman ke luar kota.
Selain Ndas Borok, ia juga menjual olahan makanan dari singkong, seperti endog gludug, lentho, thoklo atau gendolo. Hampir semua makanan buatannya punya karakter dan cita rasa gurih manis.
"Saya ingin mempopulerkan makanan tradisional yang lebih sehat alami tanpa bahan kimia. Ingin ajak generasi muda suka makanan tradisional," pungkasnya.