Bisnis.com, JAKARTA - Pemeriksaan rutin ke dokter kandungan masih menjadi hal yang jarang dilakukan oleh perempuan di Indonesia. Padahal, pemeriksaan tersebut berpengaruh pada kesehatan organ reproduksi, khususnya pada perempuan yang sudah menikah atau aktif melakukan aktivitas seksual.
Menurut Dokter Spesialis Kandungan Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Bunda Jakarta, dr. Triskawati Indang Dewi, Sp.OG(K) Onk, pemeriksaan rutin ke dokter kandungan diperlukan untuk mencegah berbagai penyakit organ reproduksi perempuan, khususnya kanker serviks.
Selama ini, tak sedikit perempuan yang baru memeriksakan dirinya ke dokter kandungan apabila sudah merasakan gejala parah atau tak sadar sudah lama mengidap penyakit tersebut.
"Angka kasus kanker serviks ini kejar-kejaran dengan kasus kanker payudara. Jadi beban berat karena setiap harinya bisa 58 kasus bertambah di Indonesia. Tingkat kematian juga tinggi mencapai 26 orang setiap hari. Biasanya pasien datang ketika sudah mengalami gejala parah," katanya dalam sebuah diskusi virtual baru-baru ini.
Triskawati menyebut persentase perempuan Indonesia yang rutin memeriksakan diri ke dokter kandungan terbilang rendah, tak lebih dari 15 persen. Padahal, idealnya tingkat pemeriksaan atau screening itu berada di angka 80 persen.
Terkait upaya pencegahan kanker serviks, menurut Triskawati, ada dua lapis. Pertama, pencegahan primer berupa vaksinasi human papillomavirus (HPV). Kedua, pencegahan sekunder berupa pemeriksaan papsmear, IVA test, dan pemeriksaan HPV DNA.
"Kanker, termasuk kanker serviks ini masih menjadi misteri bagi dunia kesehatan. Ahli masih mencari tahu apa penyebab pastinya, cara penyembuhan, cara pencegahannya. Tetapi, yang terpenting adalah pola hidup sehat untuk pencegahannya," tuturnya.
Penyebab Kematian
Pada kesempatan yang sama Dokter Patologi Klinik dari Diagnos Lab dr. Ricky Tjahyadi, Sp.PK mengatakan kanker serviks selama lima tahun terakhir menjadi kanker yang menyebabkan kematian perempuan paling banyak kedua di dunia. Adapun, di urutan pertama ditempati oleh kanker paru.
Selain itu, terdapat pula kanker payudara yang juga menyumbang kematian perempuan cukup besar dan angka kasus terbesar di dunia.
"Penyebab atau faktornya bisa usia, gaya hidup seperti konsumsi alkohol atau rokok, aktivitas yang dilakukan, obesitas, riwayat kanker, riwayat keluarga, radiasi, polusi, virus. Oleh karena itu, perlu pemeriksaan menyeluruh, termasuk pemeriksaan genetik," ujarnya.
Salah satu penyintas kanker serviks Untung Endang Suryani mengatakan, kesalahan terbesar yang dia lakukan adalah baru datang ke dokter kandungan untuk memeriksakan diri setelah ada keluhan parah. Dia baru memeriksakan diri setelah mengalami nyeri hebat dan pendarahan yang tidak berhenti.
"Jangan datang setelah ada keluhan, awalnya saya biarkan ada keputihan cuma minum jamu atau herbal. Sudah menopause tiba-tiba menstruasi lagi atau pendarahan, saya pikir itu penghabisan biarkan saja, ternyata terus menerus," katanya.
Endang sendiri berhasil disembuhkan setelah menjalani kemoterapi atau menerima radiasi. Obat-obatan yang diberikan oleh dokter untuk menghentikan pendarahan tidak mempan sehingga dirinya harus menerima tindakan tersebut.