pergikuliner
Kuliner

Platform Ini Tawarkan Pencarian Tempat Makan untuk Buka Puasa

Rezha Hadyan
Selasa, 19 April 2022 - 16:31
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Buat kalian yang bingung mencari tempat berbuka puasa, baik sendiri maupun bersama dengan keluarga atau teman-teman, platform pencarian dan ulasan tempat makan bisa jadi solusinya. Platform yang jumlahnya tak begitu banyak ini akan memberikan rekomendasi tempat makan berdasarkan ulasan dari para pengunjung.

Salah satu dari sekian platform pencarian dan ulasan tempat makan yang tersisa di Indonesia adalah PergiKuliner. Menurut Founder PergiKuliner Oswin Liandow mengatakan bahwa platform tersebut itu sejak awal berfokus pada direktori tempat makan yang kemudian ditambahkan ulasan-ulasan obyektif. Tujuannya tentu saja memandu pengguna ketika berkunjung ke suatu tempat mencari tempat makan enak atau yang direkomendasikan.

"Berangkat dari pengalaman pribadi juga, ketika berkunjung ke suatu tempat ingin mencari makan kebingungan karena tidak ada panduan. Dari situlah pergikuliner lahir," katanya ketika ditemui di Jakarta, Senin (19/4/2022).

Berawal dari direktori dan ulasan, platform yang diperkenalkan pada 2015 itu mulai merambah ke acara-acara luring seperi PergiKuliner Festival yang rutin diselenggarakan di sejumlah pusat perbelanjaan di Jakarta dan sekitarnya. Festival ini diisi oleh bazaar makanan yang punya ulasan atau penilaian tinggi di platform tersebut.

Kemudian yang terbaru PergiKuliner meluncurkan voucer makan dengan sistem berbeda dari voucer pada umumnya. Platform tersebut meluncurkan Voucer Kolektif yang mana mengadopsi sistem group buying. Apabila makin banyak orang yang membeli voucer tersebut maka nilainya akan makin tinggi.

Menurut Oswin, pihaknya menghadirkan Voucer Kolektif dengan harapan mendorong orang-orang untuk mengajak temannya membeli voucer di resto yang sama. Tujuannya tentu saja agar mereka mendapatkan nilai voucer yang maksimal.

Di sisi lain, tak semua orang percaya dengan platform pencarian dan ulasan seperti halnya PergiKuliner. Sebab, tak bisa dipungkiri, ada saja yang memberikan penilaian berlebihan untuk menarik perhatian atau sebaliknya, memberikan penilaian buruk untuk menjatuhkan lawan bisnisnya.

Lantas, apa upaya yang dilakukan oleh PergiKuliner untuk menghindari ulasan-ulasan seperti itu?

Head of Marketing Communication PergiKuliner Aprilia Prabawati mengatakan pihaknya tidak serta merta menerima ulasan dari pengguna seperti halnya platform ulasan pada umumnya. Sebelum ulasan ditampilkan, akan ada tim yang akan mendatangi atau memeriksa kondisi di tempat makan yang diulas.

"Pada dasarnya semua orang, semua pengguna PergiKuliner itu bisa mendaftarkan tempat makan baru kemudian mengulasnya. Bisa itu memang pengunjung atau pemilik usahanya. Bisa juga dari tim survei kami yang memang disiapkan khusus. Tetapi khusus untuk tempat makan baru ini akan kita crosscheck terlebih dahulu ulasannya," katanya ketika ditemui oleh Bisnis di Jakarta pada Senin (19/4/2022).

Selain itu, Aprilia menyebut pihaknya juga menyeleksi setiap ulasan yang masuk apabila ulasan tersebut mencurigakan. Mencurigakan yang dimaksud adalah ulasan seperti dibuat-buat atau jauh berbeda dengan ulasan-ulasan dari pengguna lainnya.

"Kita juga ada tim admin yang bertugas mengkurasi ulasan yang masuk. Kita lihat kalau ada ulasan yang terlalu bagus-bagusin itu siapa yang buat, sebaliknya juga kalau yang terlalu jelek-jelekin. Apakah itu dari pihak tempat makannya atau kompetitornya. Ini untuk semua tempat makan, termasuk yang sudah ada ulasannya," tuturnya.

Lebih lanjut, ulasan yang ada di PergiKuliner terdiri dari lima kategori, antara lain rasa, suasana, harga berbanding rasa, pelayanan dan kebersihan dengan nilai 1-5. Nilai dari kelima kategori tersebut dijumlah kemudian dibagi lima untuk mendapatkan nilai total atau keseluruhan dari sebuah tempat makan.

"Kalau di PergiKuliner itu minimal [nilai] 3,5 sudah enak, [nilai] 4 itu enak, lebih dari 4 [nilainya] biasanya enak banget," ungkap Aprilia.

Aprilia meyakini platform pencarian dan ulasan tempat makan bisa berkembang asal mampu menjaga kualitas ulasannya. Karena saat ini menyantap makanan sudah menjadi bagian dari gaya hidup, alih-alih sekadar memenuhi kebutuhan atau menghilangkan rasa lapar saja.

"Sekarang semuanya kan serba digital. Semua mencari informasi, termasuk informasi kuliner dari platform digital. Kuliner itu sudah jadi bagian dari gaya hidup, bukan cuma makan tiga kali sehari. Media digital seperti ini tentunya dibutuhkan selain dari informasi dari mulut ke mulut," ujarnya.

Penulis : Rezha Hadyan
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro