Bisnis.com, JAKARTA – Raden Ajeng Kartini Djojo Adhiningrat merupakan salah seorang pahlawan nasional wanita Indonesia yang berjasa atas hidup seluruh wanita di Indonesia. R.A. Kartini ditetapkan sebagai Tokoh Emansipasi Wanita pada 2 Mei 1964 oleh presiden Soekarno.
Sosok Kartini besar atas pemikiran-pemikirannya yang luar biasa saat itu. Dirinya dikenal sebagai perempuan yang mendorong perempuan-perempuan di Indonesia agar dapat berpikir kritis atas segala hal yang terjadi disekitarnya.
Karena pemikirannya dan keberaniannya menyuarakan kesetaraan hak atas perempuan Indonesia itu, R.A. Kartini dinobatkan sebagai salah satu tokoh pahlawan nasional Indonesia, dan jasanya dikenang setiap tahun tepat pada tanggal lahirnya yakni 21 April.
Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk memperingati besarnya jasa R.A. Kartini atas perempuan Indonesia, salah satunya dengan menuangkan keabadian jasa yang telah dilakukannya ke dalam sebuah puisi. Berikut puisi yang dapat dijadikan sebagai sumber inspirasi untuk mengenang jasa–jasa Raden Ajeng Kartini Djojo Adhiningrat.
Kartiniku Kini
oleh : Mochamad Riduwan
Saat pena kau tempelkan secarik kertas
Tersusunlah kata-kata sukma meretas
Membawa perubahan awal sepintas
Hingga kaummu menyambut penuh antusias
Kini wahai Kartiniku
Kaummu seakan melupakanmu
Tersibuk dengan lautan ambigu
Terlupa akan sebuah perilaku
Wahai Kartiniku kini
Tidaklah mentari lupa menanti pagi
Saatnya dirimu membekali literasi
Saatnya dirimu penuh berinovasi
Wahai Kartiniku kini
Sudahkah dirimu menyelami diri
Mencari dimana peradaban nanti
Mengikuti aliran tsunami teknologi
Sepatah tulisan membawa pesan
Sebarisan kalimat membuyarkan angan
Sebait paragraf merubah peradaban
Majulah Kartiniku kini tuk kemajuan zaman
Literasi Menyibak Kegelapan
Oleh : Woro Titi Haryanti
Dengan Habis Gelap Terbit lah Terang
Tak hanya bermakna tentang kesepadanan
Tapi inilah peristiwa literasi sebenarnya
Yang tak pernah kita menyadarinya
Berawal dari keinginanmu membaca
Keinginan membuka tabir makna akan suatu maha Oleh
Terdedahlah kegalauanmu yang telah lama terpendam
Terterbarkan pesanmu kepada sang sahabat nun jauh di sana
Tulisanmu telah menyibak kegelapan
Kegelapan yang telah mengekangmu
Kegelapan yang telah memasungmu
Kegelapan yang telah membelenggumu
Dengan tulisanmu kau tebarkan seberkas cahaya
Tersingkap bait demi bait dari pesanmu
Terenda pesan dalam untaian kata-katamu
Kata yang sarat akan makna
Kuyakini bahwa dirimu dengan literasimu
Telah menjadikan dirimu abadi
Telah menjadikan dirimu inspirasi
Telah menjadikan dirimu sempena hati
Kau tak kan lekang dalam kala
Kau tak kan punah tertelan masa
Kau tak kan pernah mati
Kau tunjukkan jati diri negeri
Dengan semangat literasi yang tak pernah kau sadari
Membawa kami ke dunia yang penuh dengan pelangi
Membawa kami berani mendaki gunung yang tinggi
Membawa kami sejajar di atas kaki yang mandiri
Literasi Ubah Negeri
Oleh : Khanipan
Dulu kau diam diri di rumah
Namun kini menduduki berbagai ranah Kau perjuangkan emansipasi
Majukan bangsa dengan budaya literasi
Kau tuntun mereka yang buta aksara
Ajari mereka bagaimana membaca Bukan untuk kesombongan
Namun demi kemajuan peradaban
Berawal dari
Ini Bapak Budi
Ini Ibu Budi
Suaramu terdengar lirih
Namun mampu mengubah negeri
Dengan literasi kau paparkan tujuan diri
Berbakti pada negeri
Mengharumkan nama pertiwi Untuk kejayaan kini dan nanti
Bekali negeri dengan literasi
Untuk bersaing diglobalisasi
Semua berkat emansipasi
Yang kau perjuangkan dari dulu hingga kini
Perempuan itu Buku
Oleh : Sio Hutasoit
Apa kau tahu? Jika perempuan itu Buku.
Tintanya biru teduh.
Perempuan itu Gudangnya Ilmu.
Isinya tak hanya asmara candu, namun arti dari tulus Pengorbanan tanpa keluh.
Walau dituntut harus sempurna sungguh, Namun…
Perempuan tahu nikmatnya berdiri teguh, tanpa kompromi waktu.
Di dalam Buku akan kau temukan cerita tentang cinta yang utuh
Walau hidup tak semanis madu, tangis menderu bahkan sakit berdentum
Tapi tak pernah ia tulis bahwa hidup sepahit empedu.
Hanya ada bait tentang nyanyian syukur
Sayangnya, Buku itu tak bisa kau beli dengan sekuntum bunga warna ungu.
Tapi tawarlah dengan rindu yang sudah kau pupuk.
Tenang saja, tak perlu ragu…
Karena, dari buku itu akan kau temukan bahwa perempuan adalah pangkal restu
Juga sajak-sajak tentang doa ibu
Yang tiap hari ia tulis dengan tangguh
Perempuan tak pernah layu
Perempuan itu Buku
Perempuan itu aku.
Ketika Puan Merapal Aksara
Oleh : Ratna Agustina
Ketika puan merapal aksara
Seiring lembaran-lembaran yang terbuka
Kesadaran menyeruak dalam sahaja
Akan sebuah peran yang disandangnya
Bahwa hidup adalah tentang memberi makna
Ketika puan merapal aksara
Keluarga menjadi tempat pertama
Menabur benih cinta akan membaca
Bermula dari teladan yang kasat mata
Memantik bara seiring pembiasaan yang ditata
Ketika puan merapal aksara
Bersama bersekutu menyatukan asa
Memproyeksikan keberaksaraan bangsa
Dengan meramu pola untuk lebih berdaya
Bunga rampai karsa dalam oleh nyata
Ketika puan merapal aksara
Khazanah cinta itu elok menjelma
Di balik bilik taman bacaan yang tercipta
Seiring budaya tutur yang kian mengemuka
Membaca nyaring dan mendongeng jadi primadona
Ketika puan merapal aksara
Ada gelora yang terus membara
Tatkala yang tersirat itu tersurat dalam tinta
Pada lembaran yang tak lekang oleh sangkala
Di mana puan menuliskan renjana