Bisnis.com, JAKARTA - Dalam sebuah studi baru-baru ini yang diterbitkan di The Lancet, para peneliti di King's College London dan ZOE Limited menilai Omicron menunjukkan tingkat keparahan yang lebih rendah dibandingkan dengan varian yang beredar sebelumnya, terutama di antara orang yang sudah divaksinasi.
Selain itu, berdasarkan The Lancet, analisis menunjukkan bahwa varian Omicron "lebih kecil kemungkinannya" memicu long Covid dibandingkan varian Delta.
Tim peneliti menemukan bahwa kemungkinan memiliki Covid yang lama adalah antara 20 hingga 50 persen lebih sedikit selama periode Omicron dibandingkan periode Delta, tergantung pada usia dan waktu sejak vaksinasi.
Melihat hampir 98.000 orang, penelitian ini membandingkan pasien positif dari periode Omicron ke periode Delta.
Analisis mereka menunjukkan bahwa 4,4 persen kasus Omicron adalah Covid panjang, dibandingkan dengan 10,8 persen kasus Delta.
Namun, jumlah absolut orang yang mengalami kondisi jangka panjang lebih tinggi pada periode Omicron.
Tim menjelaskan hal itu terjadi karena tingginya angka kasus Omicron sejak Desember 2021 hingga Februari 2022.
Kantor Statistik Nasional Inggris memperkirakan jumlah orang yang hidup dengan Covid panjang meningkat dari 1,3 juta pada Januari 2022 menjadi 2 juta pada 1 Mei 2022.
Penulis utama, Dr Claire Steves dari King's College London, mengatakan varian Omicron tampaknya secara substansial lebih kecil kemungkinannya menyebabkan Covid yang lama daripada varian sebelumnya, tetapi masih satu dari 23 orang yang tertular COVID-19 terus memiliki gejala selama lebih dari empat minggu.
Temuan ini dianggap sebagai studi peer-review pertama yang melaporkan risiko panjang Covid-19 sehubungan dengan varian Omicron.