Bisnis.com, JAKARTA - Dokter spesialis anak Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) menyarankan beberapa langkah yang perlu diambil orang tua jika anak telanjur minum obat sirup yang mengandung cemaran etilen glikol (EG) atau dietilen glikol (DEG), yang diduga sebagai penyebab kasus gagal ginjal akut.
Dokter spesialis anak di Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) Fahreza Aditya Neldy mengatakan jika obat yang dikonsumsi anak sudah ditemukan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) berbahaya, maka perlu dilakukan langkah lanjutan.
Menurutnya, obat banyak produksinya, dalam hal ini batch. Dengan demikian, dia mengatakan orang tua sebaiknya konfirmasikan dulu nomor batch-nya apakah sesuai dengan yang mengandung zat (etilen glikol) tersebut.
"Jika misalnya sesuai, mengandung zat tersebut, anaknya tidak bergejala, tentu kita stop dulu penggunaan obat itu, karena obat itu berbahaya," ujarnya seperti dilansir dari Tempo.co, Minggu (23/10/2022).
Langkah selanjutnya, kata dia, yaitu melakukan pemantauan. Menurut Fahreza, aktivitas anak mungkin saja berbeda dan hal ini masih belum diketahui secara sempurna.
Dia menuturkan dokter akan memantau, biasanya kalau sampai ke gejala, misalnya produksi urin terganggu. Dokter akan meneruskan beberapa pemeriksaan.
Untuk pemeriksaan itu, lanjutnya, bisa dilakukan pemeriksaan urin lengkap untuk mendeteksi apakah ada kalsium oksalat yang terdeteksi, dan juga apakah terjadi penurunan produksi urin.
Bila terjadi penurunan produksi urin, bisa dilakukan pemeriksaan.
"Urin kan bahan kasar, sebenarnya yang dibersihkan fungsi ginjal itu racun-racun seperti ureum dan kreatinin, jadi kita akan memantaunya," ujarnya.
Apakah ada penawarnya? Fahreza mengatakan ada. Pasalnya, saat ini pemerintah sudah menyediakan obat Fomepizole.
Jika anak tersebut ditengarai intoksikasi Etilen Glikol bisa diberikan obat tersebut. Menurut Fahreza, saat ini sudah didefinisikan suspek kasus gagal ginjal akut.
"Apakah naik derajat menjadi probabler, itu akan diurus tenaga kesehatan. Segera merapat saja dengan dokter-dokter terdekat, saat ini sudah menjadi isu nasional dan kapasitas dokter-dokter sudah ditingkatkan sehingga bisa mendeteksi kasus dan memberikan tatalaksana terbaik yang bisa dihadirkan," ucapnya..
Profesor Yahdiana Harahap, Guru Besar Bidang Kimia Farmasi di Fakultas Farmasi UI mengatakan kandungan etilen glikol dan dietilen glikon dalam obat memiliki bahaya.
"Bahayanya ada, untuk ET dan DET, mual, muntah. Bahaya lain, dari literatur, ET begitu masuk ke tubuh cepat sekali diserap, 80 persen diserap, 20 persen dikeluarkan lewat urin utuh. Kalau jumlahnya besar, bisa terjadi senyawa-senyawa lain, yang menyebabkan urinasi berkurang. Juga diabsorpsi di paru dan kulit yang akan menyebabkan masalah," katanya.