Bisnis.com, JAKARTA - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengungkap, pada tahun 2021, 1 dari 4 anak di Indonesia mengalami stunting, atau mencapai 24,4 persen.
Sedangkan standar WHO menyebut, persentase stunting ini tidak boleh di atas 20 persen.
Pemerintah Indonesia menargetkan pada tahun 2024 mendatang, prevalensi stunting di Indonesia berkurang menjadi 14 persen. Inilah mengapa stunting ditetapkan sebagai prioritas nasional oleh pemerintah.
Baca Juga Tips Cegah Stunting pada Anak Sejak Dini |
---|
Medical and Scientis Affairs Danone Indonesia, dr. Rey Wagiu Basrowi menerangkan salah satu langkah pencegahan stunting bagi ibu yang bekerja adalah dengan makanan yang difortifikasi.
“Ini peran dari pangan yang terfortifikasi yang diproses oleh industri harus aman, harus diisi dulu supaya zat-zat gizi yang dibutuhkan tubuh oleh si kecil, yang mungkin nggak dapat dari makanan yang dimasak Ibu apalagi kesibukan ibu harus kerja,” kata dr. Rey dalam acara Leave No One Behind Hari Pangan Sedunia pada Senin (31/10/2022).
Mengutip laman Sehatnegeriku Kemenkes, Fortifikasi pangan adalh pengayaan zat gizi pad bahan makanan yang bersifat komersil, seperti garam, tepung terigu ataupun minyak goreng sawit yang dilakukan oleh pemerintah. Hal ini bertujuan untuk percepatan perbaikan gizi anak Indonesia.
dr. Rey juga memaparkan manfaat fortifikasi makanan sebagai salah satu cara untuk memenuhi zat gizi mikro masyarakat yang bertujuan untuk mengatasi defisiensi mikronutrien dan perbaikan gizi anak Indonesia.
Salah satu teknologi pangan yang bisa difortifikasi adalah susu. Menurut dr. Rey menyebut, selain merupakan sumber protein sapi yang juga kaya akan nutrisi, susu jika difortifikasi oleh industri dengan penambahan zat gizi mikro vitamin dan mineral, akan menambah lengkap kandungan yang dimiliki susu.
“Oleh pabrikan susu itu kemudian di fortifikasi ditambahin semua zat gizi mikro vitamin mineral nya dibikin panjang supaya lengkap,” tambah dr. Rey.
Hasil penelitian mengenai susu yang difortifikasi ini, menurut dr. Rey, menunjukkan kecukupan nutrisi yang lebih baik jika dibandingkan dengan konsumsi susu non fortifikasi.
Selain itu, efek fortifikasi prebiotik FOS/GOS untuk saluran pencernaan juga dapat meningkatkan bakteri baik serta membantu mempertahankan fases agar tetap lunak. Lalu, efek fortifikasi pada prebiotik, DHA, dan EPA pada susu pertumbuhan juga dapat membantu mengurangi infeksi.
Meskipun demikian, dr. Rey tetap mengingatkan konsumsi susu tidak boleh lebih dari 2.5 hingga 3 sajian perhari, dan tidak boleh menggantikan makanan padat.
“Susu bukan pengganti makanan, susu tidak boleh mengganti makanan padat tetap menjadi sumber nutrisi utama,” pungkas dr. Rey.