Bisnis.com, JAKARTA - Pesan-pesan penerapan protokol kesehatan terus digaungkan kembali oleh Pemerintah sejak mendapati kasus Covid-19 di Indonesia kembali meninggi.
Bahkan, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan sudah mengizinkan lansia untuk mendapatkan vaksinasi booster dosis kedua. Lantaran lansia termasuk dalam kelompok dengan kasus kematian yang tinggi.
Selain lansia, Juru Bicara Kemenkes dr. Mohammad Syahril juga menjelaskan, orang yang belum pernah melakukan vaksinasi, serta orang dengan penyakit penyerta juga termasuk kedalam sebagian besar kasus meninggal akibat pandemi ini.
“Pasien COVID-19 yang meninggal sebagian besar adalah masyarakat yang belum divaksinasi, lansia dan orang dengan penyakit penyerta,” Ungkap dr. Syahril.
Penyakit HIV dan AIDS termasuk ke dalam salah satu penyakit penyerta Covid-19, saat orang dengan HIV (odhiv) terinfeksi virus Covid-19.
Lalu, apakah orang dengan HIV akan mempunyai risiko terkena covid lebih tinggi dan lebih parah?
Dokter dari Instalasi Terpadu HIV dan Penyakit Infeksi RSCM dan FKUI, dr. Evy Yunihastuti mengaku, timnya sudah mengamati hal ini sejak pertama kali Covid-19 merebak di Indonesia.
“Ternyata dari hasil (penglihatan kami) sekitar 44.8 persen, odhiv yang sudah berobat, minum obat teratur di rumah sakit, itu merasa lebih berisiko terkena covid dan mengalami gejala lebih berat dibandingkan dengan orang yang tidak ada HIV-nya,” tutur dr. Evy dalam konferensi pers daring pada Rabu, (30/11/2022).
Dia juga memaparkan, berbagai penelitian membahas mengenai hal ini. Hasilnya, orang dengan HIV (odhiv) memiliki risiko infeksi covid yang berat 1,3 sampai 2,3 kali dari pada orang non-HIV.
Bagaimana dengan risiko kematian odhiv akibat Covid-19?
dr. Evy menyebut, penelitian-penelitian yang kemudian digabung menjadi meta-analisis itu juga mengungkap risiko kematian odhiv akibat virus Covid-19 yang lebih tinggi daripada orang tanpa HIV.
“Dan odhiv juga memiliki risiko kematian karena covid 1,8 kali lebih tinggi dari pada yang non-HIV,” tambah dr. Evy.
Dia kemudian menyarankan odhiv agar selalu mengonsumsi obat antiretroviral yang sudah diresepkan untuk mengobati virus HIV selama masa pandemi. Hal ini bertujuan untuk mencegah infeksi virus Covid-19 yang berat.
Apakah odhiv tetap melakukan vaksinasi Covid-19?
Menurut dr Evy, di Indonesia pada awal masa pandemi sempat ada keraguan apakah odhiv bisa menerima vaksin atau tidak. Tetapi kemudian ditemukan kesimpulan, HIV bukan kontraindikasi yang menjadi penghalang vaksinasi Covid-19.
“Walaupun cd4 (sel dalam sistem imun) nya masih rendah. Karena semua vaksin covid yang ada sebenarnya adalah vaksin mati, bukan vaksin hidup, jadi tetap bisa digunakan pada semua odhiv,” jelas dr. Evy.
Meskipun, odhiv yang memiliki dc4 atau kekebalan tubuh yang rendah, ketika menerima suntikan vaksinasi Covid-19, efektivitas vaksin tersebut juga akan lebih rendah.