Bisnis.com, JAKARTA - Kasus penganiayaan yang dilakukan Mario Dandy Satriyo terhadap David anak dari kader GP Anshor pun kian berbuntut panjang, di mana korban yang mengalami koma, kini didiagnosa mengalami cedera otak diffuse axonal injury (DAI).
Hal ini seakan menambah deretan dampak dari aksi kekerasan yang dilakukan Mario, usai dirinya ditetapkan sebagai tersangka hingga dikeluarkan oleh pihak Universitas Prasetiya Mulya.
Lalu, sang Menteri Keuangan Sri Mulyani pun memutuskan untuk mencopot Ayah Mario, Rafael Alun Trisambodo dari jabatannya di DJP Kemenkeu, sampai akhirnya teman Mario ikut jadi tersangka.
Saat ini, David masih berada di ruang ICU. Meski sudah ada respon, namun David belum sadarkan diri. Lantas, apa sebenarnya diffuse axonal injury? Berikut ulasan Bisnis selengkapnya.
Dilansir dari Medical News Today, diffuse axonal injury atau cedera aksonal difus (DAI) adalah jenis cedera otak traumatis (TBI). Cedera ini mengacu pada pemotongan serabut saraf penghubung panjang otak, atau akson.
Dokter Spesialis Bedah Ortopedi Asa Ibrahim Zainal Asikin menyampaikan bahwa DAI termasuk ke dalam cedera kepala yang parah, hal ini terjadi saat ada benturan benda tumpul yang sangat keras pada kepala.
“Otak dan tubuh kita berfungsi saat ada koneksi antara neuron/saraf. Kalau axon-nya rusak secara luas apa dampaknya? Maka bisa hilang kesadaran, sulit berpikr, lumpuh, emosi tidak stabil, tidak bisa melihat bahkan mendengar sampai sulit bicara,” tulisnya lewat akun Twitter pribadinya @asaibrahim yang dilansir pada Senin (26/2/2023).
Mengutip dari UK Health Care, jika kekuatan benturan ini cukup kuat, maka hal tersebut dapat merusak akson sehingga menyebabkan interkoneksi saraf ini tidak berfungsi atau terputus dan memengaruhi banyak area otak.
Adapun, penyebab utama DAI meliputi:
1. Kecelakaan kendaraan bermotor
2. Kecelakaan terkait olahraga
3. Kekerasan
4. Jatuh yang tidak disengaja, yang lebih sering terjadi pada orang dewasa yang lebih tua
5. Sindrom bayi terguncang
Terkait, gejala umum DAI adalah kehilangan kesadaran yang biasanya berlangsung enam jam atau lebih. Menurut Healthline, gejala-gejala ini bisa sangat bervariasi, karena bergantung pada area otak mana yang rusak, antara lain:
1. Disorientasi atau kebingungan
2. Sakit kepala
3. Mual atau muntah
4. Mengantuk atau kelelahan
5. Kesulitan tidur
6. Tidur lebih lama dari biasanya
7. Kehilangan keseimbangan atau pusing
8. Mereka dengan DAI yang lebih parah dapat mengalami kehilangan kesadaran dan tetap dalam keadaan vegetatif.
Tidak ada operasi yang tersedia untuk orang yang mengalami DAI. Namun jika DAI ringan hingga sedang, rehabilitasi dapat dilakukan.
“Beda dengan kasus orang patah tulang atau robek usus yang bisa dioperasi, maka terapi yang dilakukan DAI sendiri adalah bagaimana lingkungan sekitarnya harus suportif,” jelas Asa.
Biasanya, kasus akut terjadi pada awal kejadian hingga beberapa hari ke depan. Target pengobatan yang paling utama adalah mempertahankan kondisi otak dan mencegah kerusahakan otak lebih lanjut.
Jika, sudah melalui fase akut atau awal. Maka, penderita bisa dinyatakan sudah mulai membaik.
“Fokus utama yaitu mengembalikan fungsinya, mulai dari belajar lagi menggerakan tubuh, bicara, berpikir, fungsi sehari seperti belajar, makan pakai baju, buang air dan lain-lain. Jangan lupa untuk mengendalikan emosi dan bersikap karena sangat sering kena juga,” ungkap dokter selebtwit tersebut.