Bisnis.com, JAKARTA - Penyakit gagal jantung (heart failure) menjadi sebuah kondisi medis di mana otot jantung tidak memompa cukup darah.
Salah satu penyebab utama berkurangnya kemampuan jantung untuk memompa darah adalah penyakit arteri koroner (CAD) dan serangan jantung.
Namun, katup jantung yang rusak, tekanan darah kronis, atau penyakit genetik juga bisa menjadi penyebab gagal jantung.
Konsultan Kardiologis dan Elektrofisiologis Senior di Rumah Sakit AIG, Hyderabad Daljeet Kaur Saggu mengatakan bahwa tubuh bergantung pada tindakan pemompaan jantung untuk menyampaikan darah yang kaya oksigen dan nutrisi ke sel-sel tubuh.
“Dengan HF, jantung yang lemah tidak dapat memasok sel dengan darah yang cukup. Hal ini menyebabkan kelelahan dan sesak napas, dan beberapa orang mengalami batuk yang berlebihan,” ujarnya dilansir dari Times of India, Rabu (24/5/2023).
Menurutnya, kegiatan sehari-hari seperti berjalan kaki, menaiki tangga, atau membawa belanjaan bisa menjadi sangatlah sulit dilakukan.
Berdasarkan penelitian Asosiasi Jantung India, 50 persen gagal jantung pada pria India terjadi di bawah usia 50 tahun dan wanita memiliki angka kematian yang tinggi akibat penyakit jantung.
Untuk mengelola kondisi ini secara efisien, penting untuk menyadari beberapa kesalahpahaman tentang gagal jantung yang harus dipatahkan.
Mitos 1: Gagal jantung berarti jantung berhenti bekerja
HF tidak menyiratkan bahwa jantung akan berhenti berdetak secara tiba-tiba dan tanpa gejala sebelumnya. Faktanya, ada beberapa tanda dan gejala yang berhubungan dengan HF.
Sesak napas adalah salah satu gejala tersebut, yang bisa terjadi saat berolahraga atau bahkan hanya berbaring di tempat tidur.
Gejala lain termasuk pembengkakan pergelangan kaki dan perut kembung. Sementara beberapa orang mungkin juga mengalami kelelahan atau kehilangan nafsu makan.
Mitos 2: Gagal jantung sama dengan serangan jantung
Gagal jantung (HF) tidak sama dengan serangan jantung (heart attack), meskipun keduanya termasuk dalam penyakit jantung.
Saggu menjelaskan bahwa meskipun memiliki penyebab yang serupa, keduanya memiliki perbedaan dalam banyak hal.
Gagal jantung adalah ketidakmampuan otot jantung untuk memompa darah dengan efisien untuk memenuhi kebutuhan tubuh, sedangkan serangan jantung terjadi ketika terjadi penyumbatan pasokan darah ke jantung.
Mitos 3: tidak ada pengobatan untuk penyakit gagal jantung
Meskipun gagal jantung adalah kondisi serius, namun dapat dikelola dengan pengobatan yang tepat dan konsultasi secara teratur dengan kardiolog. Selain itu, dengan kemajuan dalam teknologi medis, pasien dengan HF yang parah juga dapat diobati.
Ketika pasien mengalami irama jantung yang abnormal yang dapat mengancam nyawa, defibrilator implantasi atau ICD memberikan sengatan listrik pada jantung untuk menyelamatkan nyawa pasien.
Beberapa pasien juga mungkin mengalami HF dengan konduksi sistem listrik jantung yang abnormal, yang mengubah efisiensi detak jantung. Dalam situasi seperti itu, terapi resinkronisasi jantung (CRT), juga dikenal sebagai biventricular pacing, mungkin direkomendasikan.
Dalam pengobatan ini, pacu jantung tertentu digunakan untuk membuat ventrikel berkontraksi dengan lebih baik dan secara bersamaan. Terapi ini dapat meningkatkan fungsi jantung, mengurangi risiko rawat inap, dan meningkatkan kelangsungan hidup.
Saggu juga menyatakan transplantasi jantung dilakukan ketika pengobatan lain untuk masalah jantung tidak berhasil, yang mengakibatkan gagal jantung.
“Untuk beberapa orang yang tidak dapat menjalani transplantasi jantung, pilihan lain mungkin adalah alat bantu ventrikel (VAD),” ungkapnya.
VAD adalah pompa mekanis yang ditanam di dada Anda yang membantu memompa darah dari ruang bawah jantung (ventrikel) ke seluruh tubuh Anda.