Vape/Istimewa
Health

Awas! Vape Bisa Picu Penuaan Dini hingga Kanker Kulit

Salma Permata Dewi
Jumat, 9 Juni 2023 - 16:25
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Vape merupakan sebuah alat yang populer saat ini sebagai pengganti rokok.

Orang-orang lebih sering terlihat membawa dan mengisap vape di tempat umum karena baunya tidak lebih menyengat dari rokok.

Vape populer karena memiliki beragam jenis bentuk, rasa, dan aroma.

Melansir India Times, data menunjukkan korelasi yang kuat antara kebiasaan mengisap vape dan rokok konvensional.

Sekitar setengah dari pengisap vape juga merokok. Oleh karena itu, vape sering berfungsi sebagai pintu gerbang untuk merokok bagi orang yang lebih muda.

Merokok memiliki risiko penyakit yang tinggi, seperti penyakit jantung, paru-paru, dan kanker. Kabar miring sering terdengar bahwa vape tidak lebih berbahaya dari merokok.

Padahal, menurut data The Centers for Disease Control and Prevention (CDC) melaporkan penelitian ekstensif mengenai rokok elektrik atau vape menunjukkan bahwa bahan kimia beracun yang dihasilkan menimbulkan bahaya yang signifikan.

Saat mengisap vape, bahan kimia akan masuk secara signifikan ke dalam tubuh. Jaringan paru-paru dengan mudah menyerap gas.

Menghirup uap dalam waktu lama dapat menyebabkan peningkatan tajam banyak racun. Dr. Shweta Rajput,

Penasihat Medis untuk Entod Pharmaceuticals, mengatakan bahwa bahan khusus yang dihirup bervariasi pada jenis vape yang digunakan.

“Tingkat bahaya juga dipengaruhi oleh durasi penghirupan dan frekuensi penggunaan alat [vape]. Beberapa bahan kimia potensial yang ada dalam uap termasuk formaldehida, nikotin dan turunannya, propilen glikol, toluena, asetaldehida, dan jejak logam seperti kadmium, nikel, dan timbal,” katanya.

Menghirup zat-zat beracun itu pasti memeengaruhi kulit. Kulit bertindak sebagai reservoir bagi tubuh sehingga menyebabkan sebagian besar zat yang dihirup ini disimpan di dalam lapisannya.

Zat beracun yang disimpan itu membebani sel-sel kulit dan dapat mengganggu fungsi normalnya, termasuk tugas penting untuk memperbaiki penghalang kulit.

Jika hal tersebut terus-menerus dilakukan oleh kulit, gejala penuaan dini dapat muncul. Kulit akan mengalami kekeringan, pori-pori membesar, kendur, keriput, hiperpigmentasi, dan tekstur yang tidak rata.

Nikotin, komponen yang terdapat pada rokok maupun rokok elektrik memiliki efek penyempitan pembuluh darah sehingga nutrisi yang diperlukan akan sulit diterima.

Sebuah studi yang diterbitkan dalam Experimental Dermatology mengungkapkan bahwa nikotin telah dikaitkan dengan keterlambatan penyembuhan luka dan percepatan penuaan kulit.

Selain itu, perokok dua kali lebih berisiko mengembangkan karsinoma sel skuamosa dibandingkan bukan perokok dan menghadapi peningkatan risiko melanoma, dua bentuk umum kanker kulit.

Menurut sebuah analisis yang diterbitkan dalam New England Journal of Medicine, kadar formaldehida dalam rokok elektrik mungkin 15 kali lebih tinggi daripada rokok tradisional.

Menurut sebuah studi yang dilakukan Dugan, dkk. penggunaan rokok elektrik tidak berhubungan secara signifikan dengan diagnosis non-melanoma skin cancer (NMSC).

Walaupun demikian, periode penelitian yang lebih lama dan ukuran sampel yang lebih besar dapat lebih jelas menentukan apakah ada hubungan.

Di masa mendatang, diperlukan lebih banyak penelitian untuk lebih memahami efek kesehatan jangka panjang dari penggunaan rokok elektrik, termasuk efeknya pada kulit.

Dilansir dari Dermatology Times, studi saat ini menyiratkan penggunaan rokok yang mudah terbakar dapat menjadi faktor risiko untuk mengembangkan NMSC.

Adapun salah satu studi tinjauan menunjukkan bahwa rokok elektrik dapat menyebabkan dermatitis kontak, cedera termal, kandidiasis hiperplastik, stomatitis nikotin, dan lesi mukosa mulut lainnya.

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro