Aspartam/bloomberg
Health

WHO dan FAO Rilis Aspartam Kemungkinan Karsinogenik, Segini Batasan Amannya

Mia Chitra Dinisari
Minggu, 16 Juli 2023 - 07:38
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Badan Internasional untuk Penelitian Kanker (IARC) beserta Komite Pakar Gabungan tentang Bahan Aditif Pangan (JECFA) WHO dan FAO merilis penilaian dampak kesehatan dari pemanis non-gula aspartam.

Mengutip “bukti terbatas” untuk karsinogenisitas pada manusia, IARC menggolongkan aspartam sebagai kemungkinan karsinogenik bagi manusia (IARC Group 2B) dan JECFA.

Mereka juga menegaskan kembali asupan harian yang dapat diterima ialah sebesar 40 mg/kg berat badan. 

Aspartam adalah pemanis buatan (kimia) yang banyak digunakan dalam berbagai produk makanan dan minuman sejak dekade 1980-an, termasuk minuman diet, permen karet, gelatin, es krim, produk susu seperti yogurt, sereal sarapan, pasta gigi, dan obat-obatan seperti obat batuk dan vitamin kunyah.

“Kanker adalah salah satu penyebab utama kematian secara global. Setiap tahun, 1 dari 6 orang meninggal karena kanker. Ilmu pengetahuan terus berkembang untuk menilai kemungkinan faktor pemicu atau pemicu kanker, dengan harapan dapat mengurangi jumlah ini dan jumlah korban manusia,” kata Dr. Francesco Branca, Director of the Department of Nutrition and Food Safety, WHO dalam keterangan resminya

“Kajian aspartam ini menunjukkan bahwa, meskipun keamanan bukan perhatian utama pada dosis yang biasa digunakan, ada efek potensial yang ditemukan. Ini perlu diselidiki melalui penelitian yang lebih banyak dan lebih baik.”

Kedua badan tersebut melakukan tinjauan independen namun saling melengkapi untuk menilai potensi bahaya karsinogenik dan risiko kesehatan lain yang terkait dengan konsumsi aspartam. Ini adalah pertama kalinya IARC mengevaluasi aspartame, dan ketiga kalinya untuk JECFA.

Setelah meninjau literatur ilmiah yang tersedia, kedua evaluasi mencatat keterbatasan bukti yang tersedia untuk kanker dan efek kesehatan lainnya.

IARC menggolongkan aspartam sebagai kemungkinan karsinogenik bagi manusia (Grup 2B) berdasarkan bukti terbatas untuk kanker pada manusia (khususnya, untuk karsinoma hepatoseluler, yang merupakan jenis kanker hati). Ada juga bukti terbatas untuk kanker pada hewan percobaan dan bukti terbatas terkait kemungkinan mekanisme penyebab kanker.

JECFA menyimpulkan data yang dievaluasi menunjukkan tidak ada cukup alasan untuk mengubah asupan harian yang dapat diterima (ADI) yang telah ditetapkan sebelumnya, yakni sebesar 0–40 mg/kg berat badan untuk aspartam.

Maka, komite ini menegaskan kembali, seseorang aman jika mengkonsumsi dalam batas tersebut per hari.

Misalnya, dengan sekaleng minuman ringan diet yang mengandung 200 atau 300 mg aspartam, orang dewasa dengan berat 70 kg perlu mengonsumsi lebih dari 9–14 kaleng per hari untuk melebihi asupan harian yang dapat diterima, dengan asumsi tidak ada asupan tambahan dari sumber makanan lain.

Identifikasi bahaya IARC adalah langkah mendasar pertama untuk memahami karsinogenisitas suatu agen dengan mengidentifikasi sifat spesifiknya dan potensinya untuk menyebabkan kerusakan, yaitu kanker.

Klasifikasi IARC mencerminkan kekuatan bukti ilmiah mengenai apakah suatu agen dapat menyebabkan kanker pada manusia, tetapi klasifikasi tersebut tidak mencerminkan risiko berkembangnya kanker pada tingkat paparan tertentu.

Evaluasi bahaya IARC mempertimbangkan semua jenis paparan (misalnya, makanan, pekerjaan). Klasifikasi kekuatan bukti di Grup 2B adalah tingkat tertinggi ketiga dari 4 tingkat, dan umumnya digunakan baik ketika ada bukti terbatas, tetapi tidak meyakinkan, untuk kanker pada manusia atau bukti meyakinkan untuk kanker pada hewan percobaan, tetapi tidak pada keduanya.

“Temuan bukti terbatas karsinogenisitas pada manusia dan hewan, dan bukti mekanistik terbatas tentang bagaimana karsinogenisitas dapat terjadi, menggarisbawahi perlunya penelitian lebih lanjut untuk menyempurnakan pemahaman kita tentang apakah konsumsi aspartam menimbulkan bahaya karsinogenik,” kata Dr Mary Schubauer-Berigan dari program IARC Monographs.

Kajian risiko JECFA menentukan kemungkinan jenis kerusakan tertentu, yaitu kanker, terjadi dalam kondisi dan tingkat paparan tertentu. Bukan hal yang aneh jika JECFA memasukkan klasifikasi IARC ke dalam pertimbangannya.

“JECFA juga mempertimbangkan bukti risiko kanker, dalam penelitian pada hewan dan manusia, dan menyimpulkan bahwa bukti hubungan antara konsumsi aspartam dan kanker pada manusia tidak meyakinkan,” kata Dr. Moez Sanaa, Head of the Standards and Scientific Advice, Food and Nutrition Unit, WHO.

“Kami membutuhkan studi yang lebih baik dengan tindak lanjut yang lebih lama dan kuesioner diet berulang pada kohort yang ada. Kami memerlukan uji coba terkontrol secara acak, termasuk studi tentang jalur mekanistik yang relevan dengan regulasi insulin, sindrom metabolik, dan diabetes, terutama yang terkait dengan karsinogenisitas.”

Evaluasi IARC dan JECFA tentang dampak aspartam didasarkan pada data ilmiah yang dikumpulkan dari berbagai sumber, termasuk makalah peer-review, laporan pemerintah, dan studi yang dilakukan untuk tujuan regulasi. Studi tersebut telah ditinjau oleh para ahli independen, dan kedua komite telah mengambil langkah-langkah untuk memastikan independensi dan keandalan evaluasi mereka.

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro