Bisnis.com, JAKARTA -- Penyakit kanker payudara bisa diidap oleh wanita maupun pria. Salah satu yang penyebarannya paling cepat adalah kanker payudara HER 2 Positif.
Dokter Andika Rahman SpPD-KHOM menjelaskan kanker memiliki beberapa tipe. Ada yang tipenya hormonal, atau dirangsang pertumbuhannya oleh hormon, bisa estrogen atau progesteron. Ada juga yang tipenya HER 2, dari reseptor pertumbuhan.
Untuk menghambat jenis kanker yang kedua, dapat menggunakan obat antibodi yang menangkap HER 2 dan membuat regresi dan membuat sel kanker tadi hilang.
"HER 2 Positif merupakan jenis kanker payudara di mana pasien dinyatakan positif protein atau disebut human epidermal growth factor receptor 2 (HER 2), dan merupakan tipe kanker payudara yang cenderung ganas dan menyebar lebih cepat," jelasnya dalam Media Briefing, Jumat (21/7/2023).
Kanker payudara HER 2 positif juga salah satu jenis yang ganas, yang bisa menempel di bagian-bagian tertentu, di mana ketika sudah jadi metastatik atau stadium lanjut bisa menempel di otak.
Berbagai cara pengobatan tersedia untuk mengobati kanker, ada yang lokal dan sistemik. Lokal berupa pengangkatan langsung seperti operasi. Namun, pengobatan ini berpotensi tidak sukses secara keseluruhan karena jika hanya operasi dan radiasi, bisa ada kemungkinan dalam waktu cepat bisa sel kanker tumbuh di tempat lain.
Kedua, pengobatan dengan metode retensi. Untuk mereka yang mengalami kanker dengan hormon positif, akan diberikan obat hormon, dan untuk yang mengontrol sistemik, salah satunya adalah anti HER 2.
"Sekarang ada yang dua obat sekaligus yang dikemas dalam satu sediaan pengobatan dengan memberikan infus intravena sebanyak 12-18 kali dan dilakukan setiap 3 minggu sekali," jelas Dr. Andika.
Kendati demikian pengobatan melalui infus memakan waktu lama bisa mencapai 4,5-9,5 jam dan beberapa kasus bisa sehari hingga tiga hari. Hal itu membuat biaya-biaya pengobatan dan rumah sakit berpotensi ikut membengkak.
Inovasi Pengobatan Kanker HER 2
Roche Indonesia meluncurkan inovasi pengobatan kanker payudara HER 2 terbaru menggunakan obat Trastuzumap dan Pertuzumap, yang diapresiasi Presiden Amerika, karena perbedaan antara pasien yang menerima kemoterapi saja dan mereka yang kemoterapi serta mendapat obat anti HER 2 tadi sangat jauh berbeda.
Dr. Andika menjelaskan, penggunaan obat anti-HER 2 hasil inovasi Roche yang memiliki kemampuan dual blockage, mampu menutup reseptor HER 2 sehingga meminimalisir kemungkinan sel kanker menjadi resisten tidak mempan dengan obat.
Subkutan atau penyuntikan obat HER 2 ini masih sama dilakukan antara 12-18 kali setiap 3 minggu sekali. Namun, inovasi ini bisa menghemat dari segi waktu dan juga biaya bagi pasien.
"Obat terbaru dari Roche ini adalah obat dual antibodi, dia memblokade reseptor atau penerima sinyal HER 2 tadi, di dua tempat, obatnya Pertuzumap dan Trastuzumap. Obat yang disuntikkan ini juga akan lebih nyaman diberikan kepada pasien dengan adanya kandungan enzim Hyaluronidase," ungkap Dr. Andika.
Dengan teknologi ini, memungkinkan proses penyuntikan obat bisa dikerjakan di ruang praktik atau lewat klinik saja. Waktu tunggu pasien juga bisa berkurang menjadi hanya 8 menit saja.
"Kesembuhan baik yang stadium awal sampai metastatik juga baik menggunakan pengobatan ini, dan tanpa efek samping alergi," jelasnya.