Bisnis.com, MALANG — Ada sepuluh langkah untuk mencegah stroke, yakni mengontrol tekanan darah, latihan jasmani, diet seimbang, menurunkan kolesterol dan mengukur berat badan, menghindari rokok, menghindari alcohol, mengenali denyut nadi serta menjaga kadar gula dalam tubuh, dan penghasilan dan pengetahuan untuk menyiapkan diri menghadapi serangan tersebut.
Dosen Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Annisa Nurul Arofah, mengatakan latihan jasmani dengan berolahraga ringan selama 30 menit setiap hari dan paling tidak dilakukan lima hari dalam satu minggu.
“Sedangkan diet sehat dan seimbang, yakni mengatur jenis makanan yang dikonsumsi seperti bahan rendah lemak, sayur, buah-buahan, serta porsi antara karbohidrat, lemak dan proteinnya seimbang,” ujarnya, Jumat (21/7/2023).
Menurunkan kolesterol dan mengukur berat badan serta indeks pinggang dengan panggul juga diperlukan.
Langkah lain, menghindari rokok, baik itu menjadi perokok aktif maupun pasif. Juga, menghindari alkohol karena kandungannya meningkatkan produksi lemak yang memicu dan berisi zat-zat pengganggu fungsi pembuluh darah.
“Yang kedelapan dan kesembilan yakni mengenali denyut nadi serta menjaga gula darah dalam tubuh. Terakhir, yakni penghasilan dan pengetahuan, yakni menyiapkan diri untuk menghadapi kemungkinan menyerang stroke,” ucapnya.
Menurut dia, stroke merupakan penyakit yang menyebabkan kecacatan nomor satu di dunia dan menyebabkan menyebabkan gangguan fungsi otak. Jika dikategorikan, terdapat dua kelompok dari stroke, yaitu stroke penyumbatan dan stroke perdarahan.
Stroke penyumbatan terjadi apabila pada pembuluh darah di otak kita tersumbat oleh penebalan dinding pembuluh darah akibat kerak lemak. Sementara stroke perdarahan jika terjadi pecahnya pembuluh darah otak.
“Baik stroke penyumbatan maupun perdarahan ini sama-sama mengakibatkan otak tidak mendapatkan suplai makanan dan oksigen kemudian menyebabkan adanya gangguan fungsi,” ujarnya.
Gejala-gejala yang harus diwaspadai pada serangan stroke a.l apabila pasien mengeluhkan gangguan keseimbangan secara mendadak atau gangguan penglihatan.
Begitupun dengan wajah yang tidak simetris satu sisi, atau muncul kelemahan pada satu sisi tubuh. Hal tersebut merupakan tanda bahaya yang menyebabkan pasien harus segera ditangani.
Annisa menegaskan, stroke dapat menyerang berbagai kalangan usia. Kebanyakan kasus terjadi berkat faktor-faktor yang mendukung seperti tekanan darah tinggi atau hipertensi, diabetes serta kolesterol yang tinggi. Perubahan pola hidup juga menyebabkan stroke ini dapat dialami oleh orang-orang yang berusia muda.
Pada perempuan, kata dia, terutama yang bisa mengalami stroke akibat alat kontrasepsi (KB) yang mengandung hormon dengan disertai faktor resiko lain, seperti adanya obesitas, peningkatan kolesterol, atau diabetes. Merokok juga merupakan salah satu dari faktor resiko terjadinya stroke.
Ada dua jenis faktor risiko, yakni risiko yang tidak dapat dimodifikasi dan yang dapat dimodifikasi.
Menurut dia, faktor yang tidak dapat dimodifikasi antara lain ras, usia, dan jenis kelamin. Ras Asia memiliki resiko yang lebih tinggi untuk terkena serangan stroke dibandingkan dengan ras Eropa.
Selain itu, semakin bertambahnya usia maka semakin tinggi pula resiko terjadinya stroke. Wanita usia subur memiliki hormon yang melindungi dari stroke.
“Jadi ketika sudah menopause, resikonya lebih tinggi mengalami stroke. Laki-laki lebih banyak mengalami stroke yang tipe perdarahan. Lalu untuk faktor yang bisa kita modifikasi atau bisa dijaga yaitu dengan mengatur pola hidup. Seperti menjaga diri agar tidak hipertensi, diabetes, kolesterol yang tinggi, obesitas, merokok, dan konsumsi minuman keras,” ujarnya. (K24)