Bisnis.com, JAKARTA - Saat tidur, beberapa orang memiliki kebiasaan menggertakkan gigi secara tidak sadar. Kondisi atau gangguan ini disebut dengan bruxism, gangguan tidur yang umum.
Bruxism dapat terjadi pada orang dewasa maupun anak-anak dan dapat memiliki efek negatif pada kesehatan gigi dan mulut. Dilansir dari Cleveland Clinic, kondisi ini dapat menyebabkan nyeri rahang, masalah gigi, dan melukai sendi temporomandibular (TMJ) yang menghubungkan tulang rahang ke tengkorak.
Bruxism bisa terjadi saat Anda sedang bangun atau tidur. Konsidi ini menyerang sekitar 10% orang dewasa dan hingga 15% anak-anak. Bruxism dapat dibagi menjadi dua jenis utama sebagai berikut.
Bruxism Malam (Nocturnal Bruxism): Jenis ini paling umum terjadi dan terjadi saat seseorang tidur. Orang yang mengalami bruxism malam seringkali tidak menyadari tindakan tersebut kecuali jika ada tanda-tanda yang jelas seperti gigi yang aus atau rasa sakit di rahang dan kepala setelah bangun tidur.
Tantangan lain dari bruxism saat tidur adalah orang tidak menyadari betapa kuatnya mereka mengatupkan rahang dan gigi. Mereka dapat menggunakan tenaga hingga 250 pon. Ini juga bisa menyebabkan sakit kepala.
Bruxism Siang (Diurnal Bruxism): Bruxism siang terjadi saat seseorang terjaga dan dapat disadari. Biasanya ini terkait dengan masalah emosional. Ini sering kali terjadi sebagai respons terhadap stres, kecemasan, atau ketegangan.
Pada kasus ini, orang mungkin menggertak gigi secara sadar ketika mereka merasa tertekan. Begitu juga dengan berkonsentrasi pada sesuatu.
Bruxism saat sadar sering kali tidak memerlukan pengobatan, jika Anda cenderung menyadarinya dan menghentikannya. Manajemen stres dapat membantu untuk mengurangi frekuensinya.
Pria dan wanita mengalami bruxism pada tingkat yang hampir sama. Jika memiliki riwayat keluarga yang suka menggeretakkan gigi, Anda mungkin menghadapi risiko lebih tinggi.
Faktor risiko lainnya meliputi tipe kepribadian, seperti orang yang sangat bersemangat mungkin lebih rentan untuk menggeretakkan gigi, merokok dan penggunaan kafein, dan mengonsumsi obat anti cemas tertentu.
Bruxism pada anak mungkin tidak menyebabkan kerusakan jangka panjang. Gigi dan rahang anak-anak berubah dengan cepat, dan mereka mungkin akan mengatasi bruxism ketika kehilangan gigi susunya.
Namun, beberapa anak terus menggeretakkan gigi hingga usia remaja. Berapapun usianya, menggertakkan gigi pada anak dapat menyebabkan sakit kepala, sakit rahang, gangguan TMJ (rahang klik dan masalah lainnya), dan keausan pada gigi.
Meskipun stres adalah penyebab utama bruxism pada orang dewasa, hal ini biasanya tidak terjadi pada anak-anak. Menggeretakkan gigi pada anak dapat disebabkan oleh alergi, gigi tidak sejajar, iritasi mulut, apnea tidur obstruktif, dan keturunan. Oleh karena itu, berbicara dengan penyedia layanan kesehatan atau dokter gigi itu diperlukan. (Salma Permata Dewi)