Bisnis.com, JAKARTA - Kalangan akademisi menekankan pengurangan risiko produk tembakau mengingat tingginya angka perokok di Indonesia.
Hasil Global Adult Tobacco Survey (GATS) 2021 yang diluncurkan Kementerian Kesehatan (Kemenkes), terjadi penambahan jumlah perokok dewasa sebanyak 8,8 juta orang, yaitu dari 60,3 juta pada 2011 menjadi 69,1 juta perokok pada 2021.
Akademisi dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Rumadi Ahmad menilai perlu adanya peningkatan kualitas kesehatan publik dengan pengurangan risiko tembakau, salah satunya melalui pemanfaatan produk tembakau alternatif.
"Kami akan terus menumbuhkan kesadaran masyarakat mengenai pengurangan risiko lingkungan dan tembakau, serta isu-isu strategis nasional lainnya," katanya dalam siaran pers, dikutip Rabu (1/11/2023).
Rumadi yang juga sebagai Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) 2015-2021, menyebut pengurangan risiko tembakau dengan memanfaatkan produk tembakau alternatif perlu untuk segera dimaksimalkan mengingat tingginya angka perokok di Indonesia.
Faktanya, pertumbuhan prevalensi merokok naik dari 27% pada 1995 telah menjadi 36,3% pada 2018. Hal tersebut disampaikan dalam Konferensi Afrika II tentang Pengurangan Risiko Kesehatan-Kesehatan Global Afrika, beberapa waktu lalu.
Menurutnya, agar penggunaan produk tembakau alternatif dapat dimaksimalkan oleh perokok dewasa, seluruh pemangku kepentingan perlu mendorong inovasi untuk pengurangan risiko melalui pembangunan infrastruktur komunitas riset oleh akademisi.
Dia menuturkan dukungan PBNU terhadap pemanfaatan produk tembakau alternatif juga dibuktikan melalui kajian yang dilakukan Lakpesdam sebelumnya dengan buku berjudul “Fikih Tembakau-Kebijakan Produk Tembakau Alternatif di Indonesia.”
Pada forum yang sama, Wakil Direktur AOI University Hospital Jepang, Hiroya Kumamaru, juga menyampaikan bahwa pendekatan berhenti merokok secara total ternyata sulit dilakukan bagi perokok dewasa di Jepang.
"Pemanfaatan produk tembakau alternatif, seperi produk tembakau yang dipanaskan ternyata dapat membantu perokok dewasa beralih dari kebiasaan merokok," ujarnya.
Dia menjelaskan mengobati penyakit yang berkaitan dengan merokok membutuhkan biaya sekitar 4,3 triliun Yen. Pengeluarannya hampir dua kali lipat pendapatan pajak, yaitu 2,8 triliun Yen per tahun.
Adanya produk tembakau yang dipanaskan diklaim bisa membantu sepertiga jumlah pria dan seperempat jumlah wanita di Jepang untuk mulai berhenti merokok.