Bisnis.com, JAKARTA -- Monkey Pox (MPox) atau cacar monyet sedang menjadi momok bagi masyarakat Indonesia mengingat kasusnya yang terus bertambah.
Ketua Satgas MPox PB IDI, Dr. Hanny Nilasari, SpDVE mengungkapkan, sejak akhir Oktober 2023 hingga 6 November 2023 pukul 19.00 WIB, di Indonesia sudah tercatat ada 35 kasus terkonfirmasi.
Perinciannya, 29 kasus terkonfirmasi di DKI Jakarta, 5 kasus di Jawa Barat, dan 1 kasus di Banten. Adapun, kasus yang sudah negatif ada 82 kasus.
Dokter Hanny juga mengungkapkan bahwa seluruh pasien yang terinfeksi MPox di DKI Jakarta seluruhnya adalah laki-laki. Dari 29 orang, 1 orang belum ada data validnya dan 28 kasus yang sudah terkonfirmasi valid.
Dari seluruh kasus di DKI Jakarta tersebut terdapat komorbid 10 orang dari 28 itu mengidap HIV, 3 dari 28 pasien terinfeksi sifilis, dan 9 dari 28 pasien terinfeksi HIV, sifilis dan MPox.
Sementara itu, ada pula pasien yang mengidap komorbid lainnya, misalnya HIV dengan sifilis dan hepatitis B dan hipertensi, HIV dan hipertensi, dan 3 orang tanpa komorbid
Kemudian, orientasi seksual dari pasien di Jakarta sebanyak 28 pasien adalah laki-laki yang berkontak seksual dengan sesama laki-laki (LSL) sebanyak 24 orang, 2 orang heteroseksual, melakukan kontak seksual laki dan perempuan, dan kemudian tidak diketahui 1 orang.
"Jadi hampir 90 persen adalah LSL. 1 orang belum diketahui dia mengaku LSL atau heteroseksual," ujarnya dalam Media Briefing PB IDI< Selasa (7/11/2023).
Kendati semua pasien di DKI Jakarta adalah laki-laki, namun Dr. Hanny menegaskan bahwa tidak menutup kemungkinan wanita bisa tertular MPox.
"Dari data yang saya sajikan di Jakarta 100 persen laki-laki tapi beberapa orang melakukan kontak seksual heteroseksual atau hubungan laki dan perempuan, jadi tetap mungkin mereka melakukan hubungan seksual dengan wanita sehingga wanita bisa saja tertular," ungkapnya.
Gejala MPox
Mpox disebabkan oleh virus monkey pox, genus yang virus yang sama dengan virus cacar, tapi manifestasinya lebih ringan, angka penularan lebih rendah, dan mortalitas lebih kecil.
"Sebenarnya tidak perlu ditakutkan. Namun, pencegahan dan kewaspadaan tetap harus dinomorsatukan, dan manifestasi kulitnya dominan," ungkapnya.
Dari satu penelitian yang dilaporkan melalui Media, Travel, Medical Infectious Disease Journal pada 2022, menunjukkan dari data 4.080 orang terkonfirmasi ada beberapa gejala yang umum dialami.
Pertama, ruam kulit jadi masalah yang paling banyak ditemukan tenaga medis dan teman-teman dokter di fasilitas kesehatan sebanyak 70 persen pasien.
Selanjutnya, 62 persen pasien mengalami pembesaran kelenjar getah bening, dan diikuti juga oleh meriang atau demam pada 62 persen pasien.
Selain itu, sebanyak 11 persen pasien mengalami nyeri otot, dan perdarahan di area rektum atau disaluran cerna sebanyak 9 persen.
Cara penularan MPox
Lebih dari 90 persen kasus penularan MPox terjadi setelah melalui kontak erat, terutama kontak seksual.
"Bahwa dari kontak seksual dan dari komorbid terlihat bahwa manifestasi infeksi virus ini berkaitan dengan kegiatan fisik yaitu kontak seksual dan kontak erat. Sehingga menghindari kontak fisik dengan pasien yang terduga MPox harus diutamakan," jelasnya.
Beberapa hal yang bisa dilakukan di antaranya dengan tidak menggunakan barang bersama, berbagi tempat tidur, alat mandi, atau perlengkapan tidur lainnya seperti sprei, bantal dan lainnya.
Kemudian, bagi populasi berisiko tinggi seperti yan memiliki multi-partner atau kontak seksual sesama jenis dan dengan kondisi imunokompromais, sebisa mungkin menghindari perilaku berisiko tersebut.
"Hubungan seksual harus dilakukan secara aman dan melakukan vaksinasi tentunya. Kepada masyarakat umum dan bagi populasi rentan dianjurkan segera mengunjungi dokter jika ada lesi khas, dan didahului oleh demam," kata Dr. Hanny.