Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Kesehatan mencatatkan bahwa orang tua yang merokok memiliki anak dengan kondisi stunting lebih banyak dibandingkan yang tidak merokok.
Eva Susanti, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes RI mengatakan mayoritas orang yang merokok, berasal dari keluarga yang kurang teredukasi dan desa, sehingga belum memahami kesehatan. Hal ini membuat orang tua yang merokok, memiliki anak dengan kondisi stunting.
Pasalnya, biaya yang dikeluarkan oleh orang tua yang merokok, lebih besar dari pada biaya konsumsi protein, beras, dan sayuran setiap bulan. Menurutnya, pemerintah harus tegas untuk mengendalikan tembakau agar generasi muda bisa sehat dan cerdas.
"Angka stunting mencapai 30,8% anak dari orang tua perokok. Selain itu, pertumbuhan berat badan rata rata lebih rendah 1,5 kg dan rata rata tingginya 0.34cm lebih rendah daripada anak anak dari orang tua bukan perokok," ungkap Eva di Jakarta, Selasa (5/12/2023).
Eva mengatakan bahwa semua pihak harus peduli dengan isu kesehatan. Masyarakat tidak boleh dikorbankan demi pertumbuhan ekonomi dan industri.
"Masalah kesehatan di Indonesia masih dianggap sebagai isu marginal dibandingkan isu ekonomi. Namun, saat negara mengendalikan tembakau, maka industri rokok tidak akan mati, karena pemerintah tidak menutup pabriknya," ungkapnya.
Dia menegaskan bahwa pertumbuhan ekonomi harus sejalan dengan dengan upaya masyarakat untuk sehat dan kesehatan masyarakat harus menjadi prioritas utama.
"Untuk menuju Indonesia emas 2045, maka pertumbuhan ekonomi yang berkualitas, berkelanjutan dan menyehatkan menjadi penting. Jangan sampai generasi muda candu rokok dan sakit-sakitan," ungkapnya.
Eva juga mengungkapkan bahwa iklan, promosi, dan sponsorship rokok menjadi perhatian penting, sebab masih banyak iklan yang mempertontonkan seolah-olah rokok adalah produk normal. Iklan yang muncul ini menyasar perokok pemula sebanyak 62,5 persen dilihat dari tempat jualan, 60,9 persen dari luar ruangan, dan 56,8 persen dari TV.
Kemenkes mengharapkan agar prevalensi merokok bisa turun dan memperkuat pengaturan iklan produk tembakau. Dia menambahkan bahwa saat ini, rokok elektrik menjadi tren di remaja, tetapi mengancam kesehatan generasi muda.