Bisnis.com, JAKARTA - Makan makanan mentah sudah menjadi hal normal, seperti makan sushi misalnya. Makan makanan mentah bahkan sudah menjadi gaya hidup untuk pola makan tertentu saat ini.
Raw food diet atau mengatur pola makan dengan makan makanan mentah sudah banyak dianut oleh orang-orang yang ingin merasa lebih sehat atau ingn menurunkan berat badan.
Diet makanan mentah meskipun diklaim bisa memperbaiki kesehatan, dan mengurangi risiko kondisi medis, ternyata juga membawa risiko.
Tipe Diet Makanan Mentah
Kebanyakan orang yang mengikuti pola makan makanan mentah hanya mengonsumsi makanan nabati, menjadikannya jenis pola makan vegan. Namun, beberapa orang juga mengonsumsi produk hewani mentah atau daging mentah atau kering.
Ada tiga jenis diet makanan mentah:
1. Diet vegan mentah, tidak menyertakan semua produk hewani, hanya berfokus pada makanan nabati
2. Diet vegetarian mentah, mencakup makanan nabati ditambah telur mentah dan produk susu yang tidak diolah
3. Diet omnivora mentah mencakup makanan nabati, produk hewani mentah, dan daging mentah atau kering
Banyak orang yang menjalani diet makanan mentah percaya bahwa makanan mentah membuat tubuh lebih mampu mencegah dan melawan penyakit, terutama penyakit kronis.
Berdasarkan laporan pada 2019 melaporkan bahwa mengikuti pola makan nabati, tetapi tidak harus mentah, memiliki manfaat yang signifikan bagi kesehatan fisik dan penyakit.
Mengikuti diet makanan mentah dapat memberikan berbagai manfaat, termasuk peningkatan kesehatan dan penurunan berat badan.
Pola makan makanan mentah juga cenderung akan mengonsumsi buah-buahan, sayuran, kacang-kacangan, dan polong-polongan, yang semuanya merupakan makanan pokok yang sehat.
Mengonsumsi berbagai makanan ini akan memberikan banyak vitamin, mineral, lemak sehat, dan protein.
Memasak menghancurkan beberapa nutrisi, seperti vitamin B dan vitamin C yang larut dalam air, jadi mengonsumsi makanan mentah memastikan pasokan nutrisi lebih baik.
Di sisi lain, makanan olahan cenderung lebih tinggi garam, tambahan gula, dan lemak jenuh yang tidak menyehatkan. Mereka dapat menyebabkan radang pembuluh darah dan penyakit kardiovaskular.
Oleh karena itu, mengurangi atau menghilangkan makanan olahan dapat memberikan manfaat kesehatan yang signifikan.
Risiko Makan Makanan Mentah
Namun, beberapa makanan tidak aman dikonsumsi mentah-mentah. Proses memasak bisa memecah bahan kimia beracun dan membunuh bakteri dan kuman jahat dalam beberapa makanan, dan lainnya membawa risiko keracunan makanan.
Menurut Pusat Pengendalian Penyakit (CDC), produk hewani mentah kemungkinan besar menyebabkan keracunan makanan.
Ini termasuk daging mentah dan setengah matang, termasuk ayam, telur mentah atau setengah matang, susu mentah (tidak dipasteurisasi) dan produk yang dibuat darinya, serta kerang mentah.
Hal ini disebabkan oleh mengonsumsi makanan yang terkontaminasi bakteri, virus, parasit, atau racun. Biasanya, kontaminasi ini terjadi selama penyembelihan jika usus hewan tergores secara tidak sengaja dan menyebarkan patogen yang berpotensi berbahaya ke daging.
Patogen umum pada daging mentah termasuk Salmonella, Clostridium perfringens, E. coli, Listeria monocytogenes, dan Campylobacter.
Gejala penyakit keracunan makanan antara lain mual, muntah, diare, kram perut, demam, dan sakit kepala. Gejala-gejala ini biasanya muncul dalam waktu 24 jam dan dapat berlangsung hingga 7 hari, atau lebih lama dalam kasus tertentu karena durasinya bergantung pada jumlah patogen yang masuk.
Namun, tak menutup kemungkinan orang juga bisa keracunan makanan ketika makan buah dan sayuran mentah. Hal ini kecil kemungkinannya terjadi pada buah dan sayuran yang dimasak karena proses memasaknya membunuh bakteri.
CDC merekomendasikan untuk selalu mencuci produk sebelum memakannya.
Ahli gizi dan ahli diet menyarankan agar orang yang mengikuti diet makanan mentah harus mengonsumsi makanan berikut dengan hati-hati:
1. Kacang merah: Kacang merah mengandung bahan kimia yang disebut fitohemaglutinin. Kacang merah mentah dan tauge mentah kemungkinan beracun. Kebanyakan kacang-kacangan mengandung asam fitat, yang dapat menghalangi penyerapan beberapa mineral penting oleh tubuh. Memasaknya bisa mengurangi tingkat asam fitat.
2. Kecambah: Biji yang bertunas, seperti kecambah tauge, dapat menampung bakteri Salmonella, E. coli, atau Listeria dan menyebabkan keracunan makanan.
3. Singkong: Singkong bisa beracun jika dimakan mentah. Orang harus mengupas, mengiris, dan memasak sayuran ini hingga matang untuk memastikan keamanannya.
4. Telur mentah: Bakteri salmonella terdapat di beberapa telur, yang dapat menyebabkan penyakit parah dan bahkan kematian. Oleh karena itu, memasak telur dapat membunuh bakteri yang ada.
CDC merekomendasikan penggunaan telur yang dipasteurisasi saat menggunakan resep yang memerlukan telur mentah atau setengah matang.
5. Makanan laut dan kerang: Makanan laut mentah, dan kerang dapat menularkan bakteri berbahaya. CDC merekomendasikan agar orang menghindari makanan laut mentah.
6. Susu: Susu mentah mungkin mengandung Listeria, bakteri yang dapat menyebabkan infeksi serius dan berhubungan dengan komplikasi kehamilan. Menurut CDC, susu pasteurisasi mengandung manfaat kesehatan yang sama tanpa risiko.