Seorang ibu sedang menenangkan bayi yang menangis. Baby blues atau sindrom setelah melahirkan merupakan hal umum bagi orang tua baru./vhiblog
Health

Ibu dengan Baby Blues Berpotensi Alami Gangguan Kesehatan Mental

Choirul Anam
Sabtu, 3 Februari 2024 - 12:47
Bagikan

Bisnis.com, MALANG—Ibu dengan baby blues berpotensi mengalami penurunan kesehatan mental yang dipicu beberapa hal seperti perubahan hormon yang drastis setelah melahirkan, riwayat kondisi sebelum melahirkan, dan riwayat permasalahan di keluarga.

Dosen Psikologi (FPsi) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM),  Atika Permata Sari, mengatakan baby blues adalah istilah yang tidak asing bagi ibu milenial bahkan gen-Z. Yang memprihatinkan, dalam beberapa pemberitaan, ibu dengan baby blues tak segan menyakiti diri sendiri maupun anaknya. Dari sisi psikologi, baby blues disebut dengan postpartum blues. Ini bukan termasuk gangguan mental, tetapi permasalahan psikologis.

“Dalam psikologi, permasalahan dan gangguan adalah hal yang berbeda. Permasalahan, belum menghasilkan diagnosis gangguan tertentu. Namun jika postpartum blues dibiarkan tanpa ada penanganan, maka nantinya akan menjadi postpartum depression dimana kondisi ini bisa disebut dengan gangguan psikologis,” tuturnya, Sabtu (3/2/2024).

Jika ditinjau dari sisi medis, kata dia, faktor pemicu ibu mengalami baby blues bisa berasal dari beberapa hal seperti perubahan hormon yang drastis setelah melahirkan, riwayat kondisi sebelum melahirkan, dan riwayat permasalahan di keluarga.

“Terlebih bagi ibu yang memiliki riwayat gangguan psikologis seperti depresi akan berisiko lebih besar untuk mengalami baby blues,” tambahnya.

Gejala yang paling kelihatan saat seorang ibu mengalami baby blues adalah berkaitan dengan emosi, yakni labil, merasa cemas, mudah marah dan bahkan beberapa menunjukkan gejala depresi ringan.

Selain itu juga ada gejala dalam bentuk perilaku yaitu perubahan pola tidur dan perubahan pola makan. Bisa jadi makan lebih sedikit atau lebih banyak dari biasanya dan tidur lebih sedikit atau lebih banyak dari biasanya.

Mengacu pada beberapa penelitian sebelumnya, Atika menyampaikan bahwa ibu yang mengalami baby blues akan mengalami penurunan kesehatan mental dan memiliki kualitas tidur yang buruk.

Selain itu, hal ini juga akan berdampak pada sejauh mana ibu mampu menjalankan peran pengasuhan kepada anaknya.

“Adanya pendampingan baik dari keluarga maupun tenaga profesional adalah hal penting. Mereka dapat memberikan dukungan kepada ibu pasca melahirkan. Hal ini terbukti dapat menurunkan kemungkinan baby blues berkembang menjadi postpartum depression. Selain itu, pendampingan juga meningkatkan kesehatan mental ibu,” tegasnya.

Ada beberapa dukungan yang dapat dilakukan, mulai dari dukungan instrumental seperti bergantian menjaga bayi, dukungan emosional seperti mendengarkan curhat istri, ataupun dukungan material seperti memberikan tambahan uang saku untuk istri. 

“Baby blues wajar dialami dan biasanya akan hilang dengan sendirinya setelah dua minggu pasca kemunculan pertama gejala. Ini juga dapat membaik tentunya dengan dukungan dari  orang-orang disekitar,” ujarnya.

Atika berharap semoga setiap ibu yang mengalami baby blues mempunyai cukup dukungan dalam proses pengasuhan anak.

Dia berpesan kepada para ibu agar tidak segan-segan meminta bantuan kepada individu-individu di sekitar. “Jangan pernah merasa bersalah saat meminta bantuan dan menerima bantuan dari orang lain selama membesarkan anak. Seperti kata pepatah, ‘it takes a village to raise a child’,“ ucapnya. (K24)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Choirul Anam
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro