Bisnis.com, JAKARTA — Hipertensi atau tekanan darah tinggi sering kali dikaitkan dengan penyakit orang tua atau ownyakit degeneratif. Namun, ternyata penyakit ini juga bisa diderita oleh anak-anak.
Nyatanya hipertensi pada anak banyak terjadi di seluruh dunia. Di Indonesia, prevalensi hipertensi untuk anak 6-18 tahun mecapai 18,9%.
Dokter spesialis anak, Dr. dr. Muhammad Heru Muryawan menjelaskan bahwa hipertensi pada anak harus mendapat perhatian serius, karena jika tidak ditangani dengan baik bisa menetap hingga dewasa dan menyebabkan kerusakan organ, stroke, hingga gagal jantung.
Adapun, hipertensi pada anak dibagi menjadi dua bagian. Pertama, hipertensi primer yang disebabkan oleh obesitas, resistensi insulin, aktivasi sistem saraf simpatik, fetal programming, dan faktor genetik.
Kedua, hipertensi sekunder disebabkan oleh penyakit lain seperti gangguan ginjal akut, gagal ginjal, parenkim ginjal, beberapa jenis tumor, disfungsi endokrin, masalah lingkungan, dan obat-obatan.
Faktor Risiko Hipertensi pada Anak
Berikut faktor risiko yang bisa menyebabkan terjadinya hipertensi atau tekanan darah tinggi pada anak:
- Faktor keturunan keluarga yang hipertensi
- Menderita penyakit jantung bawaan
- Kurang aktivitas
- Konsumsi garam, lemak, dan gula berlebih
- Orang tua perokok
- Obesitas atau kegemukan
- Anak dengan berat badan lahir rendah, yang kemudian mengalami kelebihan berat badan.
Selain itu, faktor risiko lainnya yang menjadi penyebab antara lain kelahiran prematur, hambatan pertumbuhan janin, gangguan tidur, dan gangguan psikiatri.
Untuk melakukan deteksi dini, anak dengan faktor risiko tersebut bisa dibawa mengukur tekanan darah setelah anak berusia tiga tahun.
"Namun, bisa segera dilakukan pengukuran jika terdapat faktor risiko dan gejala seperti obesitas, orang tua dengan hipertensi, dan anak sakit berat hingga mengalami kejang dan gangguan kesadaran," jelasnya.