Bisnis.com, JAKARTA - Penyakit ginjal kronis merupakan salah satu yang banyak diderita di Indonesia. Lantaran perlu cairan yang cukup, cuci darah dan konsumsi obat, penderita penyakit ginjal terkadang bingung haruskah berpuasa saat Ramadan?
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, prevalensi PGK di Indonesia sampai 2018 sebanyak 713.783 orang (0,38 persen). Angka ini meningkat drastis dibandingkan dengan prevalensi pada 2013, yaitu 499.800 orang (0,2 persen).
Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Konsultan Ginjal dan Hipertensi, dr. Dina Nilasari, Ph.D., Sp.PD-KGH mengatakan, untuk menjaga ginjal tetap sehat perlu dilakukan modifikasi gaya hidup menjadi lebih sehat.
Di antaranya, dengan menghindari obat-obatan yang berpotensi merusak ginjal dan menghindari makanan tidak sehat yang tinggi sodium.
"Selain itu, juga hindari makanan-makanan yang dapat memicu diabetes, karena faktor penyebab terbesar di dunia, termasuk juga di Indonesia, untuk gangguan ginjal adalah diabetes," jelasnya.
Di samping itu, saat Ramadan atau bulan puasa, penderita penyakit ginjal juga tetap perlu menjaga asupan makanannya.
Dr. Dina menyebutkan keputusan untuk ikut berpuasa atau tidak kembai lagi pada stadium keparahannya, saran asupan cairan, dan juga penyakit penyertanya.
"Kerusakan ginjal ada 1-5 stadium, berbeda-beda saran cairan yang diminum. hal-hal ini yang perlu diperhatikan dan juga komorbid. Obat-obatan yang dikonsumsi juga misalnya hipertensi. Obat-obat hipertensi ini tetap harus dikonsumsi, kalau hipertensi bisa dikontrol dengan obat-obatan yang hanya diminum 2 kali sehari itu boleh puasa. Tapi kalau harus ada obat di siang hari kita tidak menyarankan berpuasa," ujarnya.
Selain itu, hal lain yang harus diperhatikan adalah kecukupan cairan, tidak boleh berlebih berdasarkan masalah ginjalnya. Pada stadium 1-3, cairan yang dibutuhkan masih normal sekitar 2 liter per hari. Sedangkan stadium akhir bisa kurang dari itu.
Makanan yang dikonsumsi juga perlu diperhatikan, kandungan kalium atau proteinnya. Makanan yang dipilih harus disesuaikan dengan kebutuhan gizi sebagai pasien ginjal.
"Kalau sudah cuci darah tentunya takjilnya boleh yang tinggi protein, yang diabetes cari yang rendah gula. Pasien yang cuci darah pun ada penelitian boleh puasa saat pasien tidak menjalani dialisis, tapi ketika dialisis tidak disarankan puasa karena cairannya akan ditarik dan dikeluarkan banyak, akan ditarik air dari tubuh sampai 3 liter lebih. Tapi di luar itu boleh puasa," jelasnya.
Dr. Dina juga mengingatkan agar pasien ginjal sebaiknya berkonsultasi dengan dokter sebelum puasa. Apabila sudah mendapat lampu hijau untuk puasa dari dokter, pastikan pengaturan nutrisinya bisa dipenuhi dalam periode itu, buka dan sahur.