Bisnis.com, JAKARTA - Perkembangan emosional anak menjadi salah satu faktor penting yang harus perhatikan oleh orang tua. Pasalnya, hal tersebut dapat mengetahui kondisi emosional anak untuk mencegah terjadinya tantrum abnormal.
Menurut Dr. dr. I Gusti Ayu Trisna Windiani, Sp.A(K), perkembangan emosional akan memengaruhi perilaku anak ketika mengalami tantrum. Dia mengatakan tantrum sebenarnya adalah kondisi yang normal bagi anak-anak diatas usia 1 hingga 4 tahun.
Tantrum, lanjut Gusti, merupakan bentuk ekspresi anak dalam meluapkan kekesalannya. Tantrum dengan gejala normal hanay sebatas menangis dan merengek. Gelagat tantrum pun juga akan menurun seiring bertambahnya usia anak.
Baca Juga Tahapan Perkembangan Anak di Usia Emas |
---|
“Umumnya tantrum yang normal bisa terjadi pada 18 bulan sampai 4 tahun. Kalau kita lihat dari kejadiannya, 20% pada anak usia 2 tahun, 18% pada anak usia 3 tahun, dan 10% pada usia (anak) 4 tahun”, jelas Gusti dalam seminar terbatas tentang “Cara Mencegah dan Mengatasi Tantrum Pada Anak” secara daring.
“Anak yang berusia 1 tahun biasanya mengalami tantrum sebanyak 8×, 2 tahun sebanyak 9×, 3 tahun sebanyak 6x, dan 4 tahun sebanyak 5x,” imbuhnya.
Lebih lanjut, dia menjelaskan pentingnya bagi orang tua untuk mengetahui perkembangan emosional anak untuk mencegah tantrum abnormal.
Dalam kesempatan itu, dia juga menyampaikan beberapa tahap perkembangan emosional anak sesuai usia.
1. Usia 1 bulan: Membedakan suara ibunya; Menangis karena distress
2. Usia 2 bulan: Merespon suara dan membalas senyuman
3. Usia 3 bulan: Memberikan ekspresi terhadap sesuatu yang mengganggu
4. Usia 4 bulan: Tersenyum saat melihat atau mendengar suara yang menyenangkan
5. Usia 5 bulan: Mengenal siapa yang mengasuhnya dan membentuk hubungan dengan pengasuh
6. Usia 6 bulan: Cemas dengan orang yang tidak dikenal
7. Usia 7 Bulan: Melihat suatu objek dan orang tua secara bergantian saat membutuhkan bantuan
8. Usia 8 bulan: Anak mengetahui pergerakan orang dewasa
9. Usia 9 bulan: Menggunakan suara untuk menarik perhatian
10. Usia 10 bulan: Mencari terutama saat namanya dipanggil
11. Usia 11 bulan: Memberi sesuatu ke orang dewasa untuk didemonstrasikan
12. Usia 12 bulan: Menunjukan benda yang disukai (protoimperative pointing)
13. Usia 13 bulan: Bermain sendiri dengan barang kesukaan dan menunjukan sesuatu yang disukai pengasuh
14. Usia 14 bulan: Menunjuk saat tertarik sesuatu (protodeclarative pointing)
15. Usia 15 bulan: Menunjukan rasa empat seperti membalas pelukan
16. Usia 16 bulan: Dapat mencari pengasuhnya dan malu saat diperhatikan orang
17. Usia 18 bulan : Bisa mensimulasikan permainan seperti bermain masak-masakan
18. Usia 20 bulan: Mulai berpikir tentang rasa seperti bermain boneka dengan ekspresi
19. Usia 21 bulan: Mulai menunjukan perilaku menentang
20. Usia 24 bulan: Mulai mengendalikan emosi untuk mengikuti etika
21. Usia 28 bulan: Cemas berpisah mulai berkurang
22. Usia 30 bulan: Mengikuti aktivitas orang tua seperti menyapu atau mengepel
23. Usia 33 bulan: Mulai mencoba membantu pekerjaan rumah
24. Usia 3 tahun: Mulai berbagai dengan atau tanpa diminta dan dapat menggunakan kata0kata untuk mendeskripsikan apa yang dipikirkan
25. Usia 4 tahun: Tertarik untuk “menipu” orang lain dan khawatir tertipu serta dapat menunjukan rasa bahagia, takut, dan marah pada diri sendiri.
26. Usia 5 tahun: Mempunyai kelompok teman bermain dan mampu menyampaikan minta maaf ketika memiliki salah
27. Usia 6 tahun: Mampu membedakan fantasi dan kenyataan
Perkembangan emosional itu dapat menjadi acuan bagi orang tua ketika anak mengalami tantrum. Gusti mengatakan tantrum abnormal adalah luapan emosi seorang anak yang berlebihan dan dapat menyebabkan luka untuk diri sendiri maupun orang lain.
Tantrum abnormal bisa terjadi pada siapa saja, namun biasanya paling sering pada anak berkebutuhan khusus seperti Autism Spectrum Disorder (ASD), Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), disabilitas intelektual, dan gangguan bahasa.
“Tantrum yang normal tentu waktunya seperti yang tadi saya sampaikan tidak selama abnormal, kemudian tantrumnya tidak sehebat tantrum abnormal. Diantara proses tantrum pertama atau kedua itu ada akhirnya. Tapi kalau abnormal terus. Nah, itu lah yang terjadi pada anak yang berkebutuhan khusus,” pungkasnya
Secara umum, ada beberapa penyebab tantrum, yaitu:
1. Kondisi fisiologi: lelah, lapar, bosan, frustasi
2. Masalah kesehatan
3. Adanya penolakan ketika menginginkan sesuatu
4. Belum mempunyai keterampilan coping yang matur
5. Pola asuh orang tua yang otoriter dan peraturan tidak konsisten
6. Adanya masalah dengan lingkungan keluarga dan sosial. (Muhammad Sulthon Sulung Kandiyas)