Vaksinasi Covid-19
Dr Leong menyampaikan tidak ada obat untuk Covid-19 jangka panjang, masyarakat diharuskan mendapatkan vaksinasi guna terhindar dari penyakit jangka panjang.
Profesor Pekosz mengatakan untuk JN.1, vaksin yang dirancang berdasarkan Omicron XBBB.1.5 dapat menghasilkan beberapa antibodi reaktif silang.
Dia menambahkan penelitian terhadap varian baru belum dilakukan, dirinya menilai varian tersebut sedikit kurang reaktif silang. Dr Leong menyampaikan keefektifan vaksin untuk JN.1 dengan infeksi KP.1 dan KP.2.
“Kita tahu bahwa vaksin XBB1.5 sekitar 50 persen efektif melawan JN.1. Kami menduga vaksin yang ada saat ini kurang efektif mencegah infeksi KP.1 dan KP.2,” ujarnya, dikutip dari CNA.
Mutasi FLiRT mampu memungkinkan virus menghindari sistem kekebalan terhadap Covid karena Asam Amino F menjadi L dan R menjadi T.
Para ilmuwan menyampaikan vaksinasi masih pilihan terbaik, terutama untuk penyakit parah.
“Kami sangat yakin bahwa vaksin tersebut (vaksin) masih efektif dalam mencegah penyakit parah seperti rawat inap dan kematian,” ujar Dr Leong.
Kementerian Kesehatan Singapura mencatat rawat inap dan perawatan intensif akibat Covid-19 di kalangan lansia berusia 60 tahun lebih sekitar 25 persen lebih tinggi dari orang yang tidak menjalani perawatan intensif selama bulan puncak gelombang JN.1.
CDC AS akan terus memantau kinerja dari vaksin KP.2. Adapun, WHO serta Badan Pengawas Obat dan Makanan AS diprediksi akan memberikan rekomendasi vaksin Covid-19 terbaru yang akan dirilis pada awal musim gugur.
Dr Leong dan Dr Vasoo menyampaikan alat tes Covid-19 mampu untuk mendeteksi varian KP.1 dan KP.2.
“Alat tes Covid-19 menguji protein N. Namun mutasi varian KP terutama disebabkan oleh protein lonjakan,” ujar Dr Leong, dikutip dari CNA.
Dr Vasoo menyampaikan telah menerima beberapa laporan terkait tes aliran lateral yang kemungkinan dapat menurunkan kinerja dari varian Omicron, varian KP.1 dan KP.2 masih dapat terdeteksi.