Bisnis.com, JAKARTA - Imunisasi ganda di Indonesia masih menjadi perdebatan di kalangan orang tua, banyak yang khawatir terkait keamanan, keefektifan, dan risiko yang bisa dialami anak.
Dilansir dari CDC, imunisasi ganda merupakan pemberian vaksinasi kepada anak lebih dari satu jenis dalam satu kali kunjungan.
Prof. Soedjatmiko selaku Satgas Imunisasi IDAI mengatakan, biasanya imunisasi ganda diberikan pada anak yang telat mendapatkan imunisasi dan tindakan ini aman dilakukan.
"Imunisasi ganda aman dilakukan untuk semua anak di Indonesia, tetapi harus dikonsultasikan terlebih dahulu ke tenaga medis tentang kondisi kesehatan anak," ucap Prof. Soedjatmiko.
Selain itu, imunisasi ganda juga dapat membantu para orang tua untuk menurunkan risiko penyakit akibat kekurangan imunisasi dan menghemat waktu serta biaya dengan memaksimalkan satu kali kunjungan.
Lebih lanjut, dia mengungkapkan banyak anak di Indonesia yang akhirnya tidak mendapatkan imunisasi lengkap disebabkan karena kekhawatiran orang tua terkait Kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI). Pada faktanya, kondisi ini normal terjadi dan dialami semua anak di dunia.
"Kekhawatiran orang tua hanya berdampak buruk pada kesehatan anak. Karena, KIPI yang dialami setelah imunisasi ganda memang normal terjadi, cukup beri obat penurun panas untuk mengatasinya," ucapnya.
Karena itu, para orang tua harus memastikan anak tetap mendapatkan imunisasi lengkap, agar daya tahan tubuh tetap kuat sehingga bisa menurunkan risiko mengalami penyakit polio, hepatitis, difteri, dan TBC.
Menurut Kemenkes, secara umum bayi wajib mendapatkan imunisasi lengkap hingga menginjak usia 2 tahun.
Berikut imunisasi yang bisa diberikan:
1. Usia 0 - 6 bulan
- Vaksin hepatitis B untuk mencegah penularan hepatitis B. Dilakukan 4 kali, yaitu 24 jam setelah bayi lahir, usia 2, 3, dan 4 bulan.
- Vaksin DPT (Difteri Pertusis Tetanus) untuk mencegah penyakit difteri, tetanus, hepatitis B, batuk rejan, pneumonia, dan meningitis. Dilakukan pada usia 2, 3, dan 4 bulan.
- Vaksin BCG (Bacillus Calmette-Guerin) untuk mencegah penyakit tuberkulosis dan polio. Dilakukan sebanyak satu kali pada umur 0 - 1 bulan.
- Vaksin HiB (Haemophilus influenzae type B) untuk mencegah infeksi HiB. Dilakukan 3 kali pada usia 2, 3, dan 4 bulan.
- Vaksin polio dilakukan 2 kali sebelum anak berusia 1 tahun
- Vaksin PCV (pneumokokus) untuk mencegah infeksi bakteri penyebab pneumonia dan meningitis. Dilakukan 3 kali pada usia 2, 4, dan 6 bulan.
- Vaksin Rotavirus untuk mencegah diare pada bayi dan anak. Dilakukan 2 kali pada usia 6 minggu dan 4 minggu.
2. Usia 6 - 12 bulan
- Vaksin Influenza untuk mencegah penularan influenza atau flu. Dilakukan pada usia 6 bulan, 18 bulan, dan 18 tahun.
- Japanese Encephalitis (JE) untuk mencegah radang otak. Dilakukan pada usia 10 bulan, dilanjutkan dengan pemberian booster diusia 2 - 3 tahun.
- MMR ( Measles Mumps Rubella) untuk mencegah campak, rubella, dan gondok. Dilakukan saat bayi memasuki usia 9 bulan.
3. Usia 12 - 24 bulan
- Vaksin hepatitis A untuk mencegah penyakit hepatitis dan kuning. Dilakukan pada usia 12 bulan, kemudian dilanjutkan saat usia 6 - 12 bulan
- Vaksin varisela untuk mencegah penyakit cacar air. Dilakukan 2 kali pada usia 12 - 18 bulan. (Nur Afifah Azahra Aulia)