Bisnis.com, JAKARTA – Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) merupakan salah satu gangguan sistem pernapasan akibat peradangan pada organ paru-paru. Obat tiotropium menjadi segelintir obat yang dapat mengobati PPOK ketika sedang kambuh.
Obat ini berbentuk tabung berisikan angin, cairan, dan serbuk yang mengandung obat tiotropium, sehingga cara penggunaannya dihisap melalui mulut.
Umumnya penggunaan obat ini tidak lebih dari 3 hari atau lebih dari 21 hari, sebanyak 2 sekali sehari dan tidak disarankan lebih dari itu dalam 24 jam.
Dilansir Healthline, bubuk inhalasi tiotropium termasuk dalam golongan obat antikolinergik inhalasi, di mana bubuk inhalasi tiotropium akan melemaskan otot paru-paru sehingga mengurangi dan mencegah sesak napas.
Pasien dengan riwayat asma atau PPOK lainnya kerap menggunakan obat inhaler itu ketika penyakit yang diderita kambuh.
Sesak napas akibat asma atau PPOK menghambat masuknya oksigen ke dalam tubuh akibat terganggunya proses pernapasan. Lebih dari itu, telatnya penanganan dapat menyebabkan masalah kesehatan yang lebih serius hingga berujung pada kematian.
Adapun dilansir drugs.com dosis obat memiliki perbedaan sesuai jenis penyakit, yaitu:
1. Dosis Dewasa untuk Asma
Digunakan sebanyak 2 hisapan atau setara 2,5 mcg, yang bermanfaat memaksimalkan fungsi paru-paru hingga 4 atau 8 minggu setelah pemberian dosis.
2. Dosis Dewasa untuk PPOK
Digunakan sebanyak 2 inhalasi dengan takaran obat sebanyak 18 mcg menggunakan perangkat HandiHaler. Selain itu, dapat menggunakan dosis 5 mcg untuk jenis larutan. Hal ini bermanfaat untuk memelihara bronkospasme yang berhubungan dengan PPOK, termasuk bronkitis kronis dan emfisema serta mengurangi eksaserbasi pada pasien PPOK dalam jangka panjang,
3. Dosis Pediatrik untuk Asma
Mulai digunakan oleh anak berusia 6 tahun ke atas dengan takaran 2,5 mcg atau 2 inhalasi sekali sehari guna memaksimalkan fungsi paru-paru dalam kurun waktu 4 hingga 8 minggu setelah pemberian dosis.
Penggunaan obat itu harus berdasarkan resep dokter karena dapat menimbulkan efek samping yang sulit ditolerir oleh beberapa orang, berupa:
1. Mulut kering
2. Sakit tenggorokan
3. Batuk
4. Gangguan sinus
5. Sembelit
6. Ritme jantung tidak normal
7. Masalah penglihatan
8. Rasa nyeri saat buang air kecil
9. Adanya ruam di sekitar bibir, mulut, atau lidah
10. Nyeri dada
11. Sakit kepala
Selain itu, obat tiotropium tidak disarankan bagi Anda yang sedang mengonsumsi obat difenhidramin, benztropine, clomipramine, dan olanzapine karena dapat memicu efek samping yang lebih serius.
Lalu, bagi penderita penyakit ginjal, glaukoma sudut sempit, dan masalah prostat atau kandung kemih disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter jika ingin menggunakan obat tersebut.
Di samping itu, obat harus disimpan dengan suhu 25 derajat dan pada suhu 15 sampai 30 derajat hanya dapat disimpan dalam waktu singkat.
Oleh sebab itu, sebelum penggunaan obat tiotropium diwajibkan berkonsultasi dengan dokter untuk mencegah berbagai masalah kesehatan dan menyesuaikan dosis sesuai masalah penyakit yang diderita. (Muhammad Sulthon Sulung Kandiyas)