Bisnis.com, JAKARTA - Sebuah penelitian terbaru mengungkapkan jika minum alkohol di pesawat bisa meningkatkan risiko sakit jantung.
Studi baru yang dipublikasikan secara online di jurnal pernafasan Thorax, minum dan tidur siang dalam penerbangan jarak jauh mungkin tidak baik untuk jantung, bahkan di kalangan usia muda dan kondisi sehat. Hal ini karena dapat menurunkan jumlah oksigen dalam darah (SpO2) dan meningkatkan jantung. Kondisi ini dikaitkan dengan Hipoksia hipobarik.
Hipoksia hipobarik mengacu pada suatu kondisi yang ditandai dengan berkurangnya tekanan atmosfer dan rendahnya kadar oksigen di dataran tinggi.
Dengan bertambahnya ketinggian, konsentrasi molekul oksigen di udara menurun, menyebabkan penurunan tekanan parsial oksigen di paru-paru dan selanjutnya di aliran darah. Berkurangnya ketersediaan oksigen ini dapat menimbulkan berbagai efek fisiologis pada tubuh.
Di dataran tinggi, orang mungkin mengalami gejala seperti sesak napas, kelelahan, sakit kepala, mual, dan pusing saat tubuh mereka beradaptasi dengan penurunan kadar oksigen. Paparan hipoksia hipobarik dalam waktu lama dapat menyebabkan komplikasi yang lebih parah, termasuk penyakit ketinggian, edema paru, dan edema serebral.
Untuk mengurangi efek hipoksia hipobarik, aklimatisasi bertahap ke ketinggian yang lebih tinggi dianjurkan, sehingga memberikan waktu bagi tubuh untuk menyesuaikan diri dengan berkurangnya kadar oksigen. Oksigen tambahan dan obat-obatan seperti acetazolamide juga dapat digunakan untuk meringankan gejala dan memfasilitasi adaptasi terhadap lingkungan dataran tinggi.
“Alkohol melemaskan dinding pembuluh darah, meningkatkan detak jantung saat tidur, efek yang mirip dengan hipoksia hipobarik,” kata para peneliti, dan menyarankan untuk “mempertimbangkan membatasi alkohol pada penerbangan jarak jauh”. tulis hasil penelitian itu dilansir dari Times of India.
Studi ini secara acak mengalokasikan 48 orang ke dalam dua kelompok - setengahnya ditugaskan ke laboratorium tidur dalam kondisi tekanan udara sekitar normal (permukaan laut) dan setengah lagi ke ruang ketinggian yang meniru tekanan kabin pada ketinggian jelajah (2.438 m di atas permukaan laut).
Dua belas orang di setiap kelompok tidur selama 4 jam, minum alkohol dan tidak mabuk.
“Hasilnya menunjukkan bahwa, bahkan pada orang usia muda dan sehat, kombinasi asupan alkohol dan tidur dalam kondisi hipobarik menimbulkan tekanan besar pada sistem jantung dan mungkin menyebabkan eksaserbasi gejala pada pasien penyakit jantung atau paru,” kata para peneliti. .