Bisnis.com, JAKARTA - Baby blues syndrome disebabkan karena ketidakstabilan hormon dan perubahan rutinitas kegiatan. Apabila kondisi dibiarkan jangka panjang, dapat memicu depresi pasca melahirkan dengan rentang waktu yang lebih lama.
Dilansir dari Mayo Clinic, ibu seringkali mengalami baby blues syndrome atau depresi pasca melahirkan setelah proses persalinan. Meskipun keduanya saling berkaitan dengan gangguan psikologis, tetapi ada beberapa perbedaan yang harus diketahui. Agar, penanganan yang diberikan bisa tepat dan optimal.
Lantas, bagaimanakah perbedaan gangguan psikologis ini? simak penjelasan berikut ini.
Mengutip Help Guide dan South Dakota Department of Health, baby blues merupakan istilah untuk depresi ringan dan perubahan suasana hati yang umumnya terjadi pada ibu baru. Biasanya, baby blues berlangsung selama 2 - 3 hari atau 2 minggu setelah melahirkan.
Berbeda dengan baby blues, depresi pasca melahirkan merupakan gangguan mental atau psikis ibu yang lebih parah dengan durasi waktu cukup lama yaitu sampai 1 tahun.
1. Perbedaan Gejala
Baby blues dan depresi pasca melahirkan memang memiliki beberapa kesamaan untuk gejala awal. Diantaranya, ketidakstabilan suasana hati, menangis, atau hilangnya selera makan. Namun, calon ibu dan ayah perlu tahu adapun perbedaan antara keduanya.
Gejala Baby Blues Syndrome
- Perubahan suasana hati
- Kecemasan
- Kesedihan
- Mudah marah
- Merasa kewalahan
- Menangis
- Konsentrasi berkurang
- Masalah nafsu makan
- Kesulitan tidur
Gejala Depresi Pasca Melahirkan
- Perubahan suasana hati yang lebih parah dari baby blues
- Intensitas menangis lebih sering dibandingkan baby blues
- Kesulitan menjalin ikatan dengan bayi
- Menarik diri dari keluarga dan teman
- Kehilangan nafsu makan atau makan lebih banyak dari biasanya
- Sulit tidur (insomnia) atau tidur terlalu banyak
- Mengalami kelelahan parah dibanding biasanya
- Kurangnya minat dan kesenangan pada aktivitas yang biasa digeluti
- Rasa marah yang intens
- Ketakutan tidak bisa menjadi ibu yang baik
- Keputusasaan
- Munculnya perasaan tidak berharga, malu, bersalah atau tidak mampu
- Berkurangnya kemampuan berpikir jernih, berkonsentrasi, atau mengambil keputusan
- Kegelisahan
- Kecemasan parah dan serangan panik
- Pikiran untuk menyakiti diri sendiri atau bayi
- Pikiran berulang tentang kematian atau bunuh diri
2. Perbedaan durasi kemunculan gejala
Dilansir dari Office on Women's Health, gejala baby blues syndrome biasanya muncul pada satu atau tiga hari setelah ibu melahirkan. Nantinya, dapat hilang dengan sendirinya setelah 3 sampai 5 hari sejak hari pertama kemunculan gejala.
Namun, ibu dengan depresi pasca melahirkan dapat menunjukkan gejalanya setelah beberapa minggu usai melahirkan. Pada awal kemunculan, biasanya para ibu menganggap yang dirasakan hanyalah baby blues.
Karena itu, ibu harus memperhatikan intensitas waktu dan ciri-ciri gejala yang ditunjukkan. Umumnya, durasi gejala depresi pasca melahirkan lebih lama dibandingkan baby blues. Misal, ibu biasa menangis hanya 5 menit dalam sehari, apabila mengalami pertambahan durasi artinya dia sudah masuk fase depresi pasca melahirkan.
3. Perbedaan penyebab
Saat ini, baby blues syndrome dan depresi pasca melahirkan belum diketahui secara jelas penyebab awalnya. Namun, baby blues umumnya disebabkan oleh perubahan fisiologis yang ibu rasakan setelah melahirkan, dan intensitasnya dipengaruhi faktor psikologis.
Sementara itu, ibu dengan depresi pasca melahirkan dipengaruhi faktor-faktor psikososial seperti stres berlebihan, baik sebelum atau setelah persalinan. Biasanya, stres disebabkan karena perubahan hormon, kecemasan, atau perubahan rutinitas kegiatan.
4. Perbedaan penanganan
Ibu dengan baby blues syndrome dengan ibu yang mengalami depresi pasca melahirkan harus mendapatkan penanganan berbeda. Karena, gejala depresi memiliki dampak lebih buruk dibanding gejala baby blues.
Saat ibu mengalami baby blues, maka dianjurkan untuk beristirahat yang cukup. Selain itu, mereka harus meluangkan waktu untuk diri sendiri dan melakukan hal-hal yang menyenangkan. Penanganan ini dapat membantu menstabilkan suasana hati dan menurunkan tingkat stres.
Namun, ibu dengan depresi mendapatkan penanganan berbeda yaitu harus menjalani psikoterapi dari tenaga medis seperti psikiater. Karena, gejala mereka cenderung mengarah ke tindakan yang berbahaya, seperti munculnya keinginan bunuh diri.
Baby blues syndrome dan depresi pasca melahirkan bisa terjadi pada semua ibu. Karena itu, dukungan dari pasangan atau keluarga sangat berarti bagi kestabilan mental ibu, baik sebelum maupun sesudah melahirkan. Ibu dengan kesehatan psikis yang baik, dapat membuat tumbuh kembang anak menjadi maksimal. (Nur Afifah Azahra Aulia)