Bisnis.com, JAKARTA -- Virus Oropouche baru-baru ini membuat gempar dan mengkhawatirkan masyarakat dunia, terutama setelah menelan korban.
Virus endemik asal Benua Amerika yang disebut OROV tersebut dikabarkan menyebabkan 7.236 orang terjangkit dan menelan 2 orang korban.
Mirip dengan Demam Berdarah Dengue, virus Oropouche menular melalui gigitan nyamuk dan lalat yang terinfeksi virus.
Beberapa gejala yang dialami penderitanya antara lain:
• Demam yang tiba-tiba
• Menggigil
• Sakit kepala
• Nyeri otot (mialgia)
• Nyeri sendi (artralgia)
• Nyeri retro-orbital
• Sensitif terhadap cahaya (fotofobia)
• Ruam
Namun, Epidemiolog Dicky Budiman mengatakan masyarakat Indonesia agar tidak khawatir, apalagi mengira bahwa penyakit ini akan menyebabkan pandemi berikutnya.
"Ini penyakit yang ditularkan nyamuk. Jadi tidak ada penularan antar manusia. Potensi jadi pandemi kecil bahkan bisan dikatakan tidak ada," paparnya dalam pesan singkat.
Dia juga menjelaskan bahwa virus Oropouche bukanlah penyakit baru. Virus ini sudah beredar sejak 1955 dan ditemukan dan kecenderungannya semakin meningkat menjadi wabah yang rutin di Amerika Latin.
Beberapa bahaya lainnya, selain menyebabkan gejala dan kematian adalah keguguran pada ibu hamil dan bayi lahir dengan kepala kecil ato mikrosefali.
"Namun kalaupun ada, saat ini dikatakan masih relatif jarang. Hal itu bisa terjadi apabila terlambat ditangani dan penyebarannya tidak terkontrol," imbuhnya.
Dicky mengatakan, dengan penyakit ini sedang mewabah di Amerika Latin, tidak menutup kemungkinan bisa menyebar ke negara lain, termasuk Indonesia.
"Namun ini umumnya mungkin bisa terjadi di wilayah yang namanya dekat dengan habitat liarnya, atau di hutan, dengan banyaknya nyamuk," jelasnya.
Dicky mengimbau yang harus diwaspadai oleh Indonesia adalah pelaku perjalanan dari negara Amerika Latin yang datang dengan kondisi demam. Orang tersebut agar diobservasi dan dipastikan pastikan bahwa demam yang dia alami bukan penyakit yang dikaitkan dengan Oropouche.
"Tapi sekali lagi kita tidak perlu panik. Potensi risiko menjadi pandemi masih jauh sekali, tapi menjadi potensi wabah kejadian luar biasa [KLB] tetap ada, hanya saja tidak dalam konteks sebagai ancaman bagi Indonesia," ujarnya.
Dicky berharap ke depan bisa ada penguatan di pintu masuk ke Indonesia dari Amerika Latin, namun tidak perlu ada pelarangan masuk sama sekali seperti saat pandemi.