Seseorang yang mengalami penyakit jantung. Penyakit jantung bisa dicegah dengan menjaga pola hidup sehat/ Sahyadri Hospital
Health

Tips Olahraga yang Tepat, Cegah Penyakit Jantung di Usia Muda

Mutiara Nabila
Jumat, 30 Agustus 2024 - 18:49
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA -- Penyakit jantung menjadi penyakit paling mematikan di dunia, termasuk di Indonesia. Sering dianggap sebagai penyakit orang tua, penyakit jantung atau kardiovaskular juga bisa dialami oleh anak muda. 

Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah, dr. Makhyan Jibril Al Farabi mengatakan bahwa penyakit jantung adalah salah satu penyakit paling mematikan di Indonesia dengan ada sekitar 651.000 orang meninggal akibat penyakit jantung. 

Dr. Jibril menyebutkan bahwa tren penderita penyakit jantung juga sudah bergeser, dari yang sebelumnya dialami orang usia 60 - 70 tahun, saat ini sudah dialami bahkan oleh orang yang berusia 30-an. 

Salah satu penyebabnya adalah perubahan gaya hidup dengan kurangnya aktivitas fisik pada anak muda saat ini. Meskipun ada tren olahraga tertentu, banyak orang yang langsung ikut olahraaga berat hingga memberatkan beban kerja jantung. 

"Olahraga memang lagi jadi tren kekinian, ini bagus dan harus diapresiasi. Tapi banyak dari orang yang ikut tren ini ketika olahraga langsung maunya kompetitif, tidak cuma cari kebugaran, akhirnya olahraganya yang berlebihan, sehingga dia tidak memperhatikan kemampuan dirinya, dan memaksakan diri. Kebiasaan seperti ini bisa buruk bagi jantung," jelasnya dalam siaran langsung Kementerian Kesehatan, Jumat (30/8/2024). 

Hal ini banyak terjadi dan menyebabkan kematian mendadak saat olahraga, seperti kasus atlet badminton dari China, dan sejumlah artis yang meninggal saat olahraga. 

Tips Olahraga Aman bagi Jantung

Dokter Jibril mengatakan, jika sudah lama tidak olahraga, apalagi sudah di usia 30 tahun ke atas, agar melakukan beberapa tes jantung seperti treadmill atau 

maksimal untuk olahraga, sebenarnya paling ideal, kalau yang paling ideal nih, harusnya memang kita melakukan beberapa jenis tes, seperti treadmill, atau tes CPAP untuk pernapasan. 

Tes tersebut, kata dr. Jibril, bisa mengukur kebugaran kita, dan dokter bisa memberikan rekomendasi olahraga yang aman. 

Jika kondisi masih bagus dan skor tes tinggi, pasien bisa mulai olahraga kompetitif dari ringan dulu, seperti badminton, basket, tenis, atau voli. Namun, jika kondisinya sudah menurun, bisa diutamakan lari atau bersepeda. Lalu kalau lebih kecil lagi skornya, biasanya olahraganya hanya boleh bersepeda statis atau hanya jogging saja dengan durasi hanya setengah hingga satu jam dua kali seminggu. 

Kedua, adalah dengan mengetahui kapasitas diri dan tahu kapan harus berhenti berolahraga. Jika merasa nafas sudah terlalu berat, dan dada sudah berdebar, atau penglihatan terasa seperti berputar dan berkunang-kunang bisa berhenti. 

"Banyak kasusnya sudah kelelahan, sudah berdebar-debar, tapi lanjut lari karena lihat temannya masih bisa lanjut, ini bahaya. Minimal kita harus aware tanda-tanda kalau jantung rasanya sudah berdebar atau rasanya kaya mau pingsan, itu berarti harus berhenti," ujarnya.

Ketiga, pakai alat bantu seperti smartwatch untuk mengontrol detak jantung. Apabila sudah di atas 170 - 180 terus menerus, hentikan olahraga dan beristirahatlah. 

"Rata-rata heart rate yang aman itu antara 100 sampai 150-160 lah, kalau 170 itu sudah mulai agak rawan, karena jantung ini memompa terlalu cepat, padahal semakin cepat pompanya, darah yang dipompa dan diedarkan ke seluruh tubuh itu semakin dikit. Akhirnya darahnya beredar dan jadi pusing parahnya lagi sampai pingsan atau sampai henti jantung," tambahnya.

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro