Bisnis.com, JAKARTA - Gado-Gado Boplo dikenal sebagai salah satu kuliner legendaris Jakarta.
Gado-gado ini memakai bumbu kacang mete yang khas, yang awalnya dibuka di sebuah warung kecil di gang sempit hingga menjadi restoran ikonik yang dikenal luas.
Calvin Hartono, generasi kedua pemilik Gado-Gado Boplo, membagikan pelajaran berharga disepanjang perjalanan usaha ini.
Baca Juga Promo Diskon Kuliner di Harbolnas 12.12 |
---|
Calvin menekankan pentingnya inovasi dan konsistensi dalam mempertahankan kualitas produk.
Perjalanan dimulai pada tahun 1970 oleh seorang ibu single parent yang gigih. Dengan modal awal sebesar Rp500, dia mulai menjual seporsi gado-gado seharga Rp25 di sebuah gang kecil di kawasan Kebon Sirih.
Setiap hari dia meracik bumbu kacang dengan tangan, memadukannya dengan sayur segar yang menjadi ciri khas gado-gado buatannya.
“Dulu, ibu saya hanya menjual gado-gado di gang sempit dengan modal seadanya. Namun, tekad dan kejujuran menjadi kunci utama kami bertahan hingga saat ini,” ungkap Calvin.
Salah satu hal menarik yang dibahas adalah bagaimana Gado-Gado Boplo mempertahankan keunikannya, yakni penggunaan kacang mete dalam bumbu kacangnya. Inovasi ini muncul dari permintaan seorang pelanggan di era 1980-an yang membawa kacang mete untuk dicampur dengan bumbu gado-gado.
Eksperimen ini menciptakan rasa yang lebih legit dan kaya, menjadikan kacang mete sebagai elemen khas Gado-Gado Boplo sekaligus menjadi daya tarik utama yang membedakan Gado-Gado Boplo dari kompetitor. Perubahan ini membawa popularitas yang semakin besar, sehingga mereka dapat membuka beberapa cabang baru, termasuk di Pujasera dan Lokasari.
Pada tahun 2004, Gado-Gado Boplo bertransformasi dari warung sederhana menjadi restoran, berkat kolaborasi dengan seorang investor. Lokasi pertama restoran ini berada di Jalan Barito, Jakarta. Meski sempat mengalami kendala operasional, usaha ini tetap bertahan.
Di tahun yang sama, mereka juga mulai memperluas menu, menawarkan hidangan lain seperti sop ikan dan nasi timbel dengan tetap mempertahankan gado-gado sebagai menu andalan.
Namun, pada 2008, kerja sama dengan investor berakhir, dan kepemilikan kembali dikelola keluarga dengan tetap mempertahankan kualitas.
“Hingga saat ini Gado-Gado Boplo masih mempertahankan cita rasa autentik dengan kualitas sayuran yang selalu segar,” tuturnya.
Tak hanya berfokus pada menu makanan, Gado-Gado Boplo juga melakukan inovasi di berbagai aspek seperti pelayanan, atmosfer restoran, hingga personal branding.
Dalam membangun personal branding, Calvin aktif berbagai ilmu di media sosial, dia bahkan telah menerbitkan dua buku. Selain itu, Calvin juga menjadi pembicara dan mentor bagi para pengusaha muda maupun mahasiswa dalam bidang kewirausahaan di berbagai universitas.
Pandemi yang terjadi pada 2020 lalu memang cukup menantang tetapi Gado-Gado Boplo berhasil bertahan dengan berinovasi, termasuk memperkenalkan produk bumbu Gado-Gado instan yang saat ini sudah masuk ke 7 negara.
“Saat pandemi saya mengajar anak-anak membuat bumbu gado-gado secara online yang kemudian menjadi inspirasi awal munculnya bumbu gado-gado instant,” ucapnya di acara Idepreneurs Exclusive Session dikutip dari keterangannya.
Dengan berbagai inovasi, strategi, dan kemampuan beradaptasi, serta kemampuan menjaga cita rasa dan pelayanan, Gado-Gado Boplo kini telah memiliki berbagai cabang dengan konsep modern dan akan terus ekspansif di tahun mendatang.
Lebih dari sekadar berbagi kisah sukses, acara ini juga menjadi ajang diskusi inspiratif. Para peserta aktif bertanya seputar tantangan yang dihadapi dalam perjalanan bisnis, termasuk bagaimana menghadapi perubahan pasar, membangun tim yang solid, hingga menjaga hubungan baik dengan pelanggan.
Dengan semangat dan kerja kerasnya, Calvin Hartono membuktikan bahwa bisnis yang dimulai dari keterbatasan bisa tumbuh menjadi sebuah brand yang dicintai masyarakat. "Saya percaya bahwa Tuhan selalu memberikan jalan bagi mereka yang berusaha. Jangan pernah menyerah dan teruslah bermimpi," tuturnya dengan penuh harapan.
Calvin membagikan tips bagi pengusaha muda yang ingin memulai bisnis. Pertama, mulailah bisnis dari kecil. "Jangan takut memulai dari modal kecil. Yang penting adalah konsistensi dan kejujuran,” tuturnya.
Kedua adalah dengan mengenali pasar. Pilihlah menu yang dekat dengan masyarakat. Gado-gado menjadi contoh makanan merakyat yang disukai berbagai kalangan. Ketiga, hindari utang berlebihan. Kalau bisa, hindari utang saat memulai usaha. Gunakan dana yang ada untuk meminimalkan risiko.
Ketua Divisi Eksternal Idepreneurs di sela acara Idepreneurs Exclusive Session Johannes Leonardo menambahkan bahwa acara ini dirancang agar para pengusaha muda dapat mengambil hikmah dan strategi nyata dari pengalaman pengusaha-pengusaha sukses.
“Tidak hanya mendengar teori, mereka melihat langsung bagaimana sebuah bisnis yang dimulai dari nol bisa menjadi brand yang dicintai,” ujarnya.
Dengan semangat bertumbuh dan berkolaborasi, para anggota Idepreneurs pulang membawa segudang inspirasi dari kunjungan ini. Gado-Gado Boplo bukan hanya menjadi simbol kuliner Jakarta, tetapi juga simbol perjalanan sukses yang bisa dicapai dengan kerja keras, inovasi, dan ketekunan.
Kisah ini menjadi sorotan dalam Idepreneurs Exclusive Session jilid I, sebuah kegiatan yang diikuti oleh 15 pengusaha muda anggota komunitas Idepreneurs. Acara ini dirancang untuk memberikan pembelajaran langsung sekaligus berdiskusi bersama pengusaha sukses, seperti Calvin Hartono, generasi kedua yang membawa Gado-Gado Boplo mencapai puncak kesuksesan.
"Di atas langit masih ada langit. Selalu ada yang lebih berhasil dan berpengalaman. Itulah mengapa kami menghadirkan sesi ini agar pembelajaran menjadi nyata dan menginspirasi," ungkap Johannes Leonardo.