BISNIS.COM, JAKARTA— Tidak mengherankan jika kalangan wanita yang sudah 'kelebihan uang' membelanjakan uangnya untuk jam semewah Chopard.
Sebut saja Poppy Dharsono, Desainer dan pemilik label busana sesuai namanya sekaligus Ketua Umum Asosiasi Pemasok Garmen dan Aksesoris Indonesia (APGAI) yang memiliki jam tangan Chopard dengan harga di atas Rp 100 juta.
Tidak ketinggalan pilihan teman perempuan Ahmad Fathanah, tersangka kasus tindak pidana pencucian uang, yang mendapatkan jam tangan Chopard senilai Rp 70 juta, yang telah disita oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dari model majalah dewasa Vitalia Sesha.
Dari website Chopard, memang akan terlihat kemewahan koleksi jam tangan yang bertabur berlian hitungan 10 karat ke atas tersebut.
Perajin Muda
Choprad muncul dari tangan berbakat perajin muda Louis-Ulysse Chopard di tahun 1860, di desa Sonvilier, Swiss. Dia menghasilkan produk yang akurat dan berkualitas andal dalam pengerjaannya.
Produknya tersebut kemudian dikembangkan Paul Louis Chopard dengan membuka gerai di La Chaux. Kepindahan berlanjut ke Jenewa, agar makin mendekat dengan konsumen yang dibidik yaitu masyarakat yang tinggal di kota besar.
Di bawah kepemimpinan Paul Andre Chopard, mengincar pihak lain yang dinilai mampu menyelamatkan dan melanjutkan merek tersebut. Akhirnya terpilih Karl Scheufele yang juga dari keluarga yang piawai membuat jam dan perhiasan dari Jerman.
Pasar Chopard melesat, dengan produk unggul yang dikenal mengkedepankan kreativitas, menggunakan teknologi canggih, dan dibuat oleh perajin yang piawai.
Chopard yang menjadi perhiasan mewah itu tentunya tidak ketinggalan menghiasai penampilan para artis papan atas dunia, terutama saat berjalan di atas karpet merah saat perhelatan akbar seni. (ltc)