Bisnis.com, JAKARTA – "Saya mencari tempat yang tidak banyak orang merayakan Idulfitri. Dengan begitu, kondisinya tidak begitu ramai."
Tidak merayakan Lebaran, bukan berarti para eksekutif tidak ikut menikmati waktu libur saat cuti bersama. Hanya saja, alih-alih pulang kampung, biasanya mereka lebih suka berlibur sekeluarga ke luar kota hingga ke luar negeri.
Hal tersebut dilakukan salah satunya oleh pemilik usaha jamu Sido Muncul, Joseph Irwan Hidayat, yang selalu memanfaatkannya untuk berlibur bersama keluarga. Macam Lebaran tahun ini, Irwan bersama istri, tiga anak, dan tiga cucu berencana berlibur di Bali. Bali dipilih karena sepi saat Idulfitri nanti.
Lokasi itu dinilai pas ketimbang Semarang, kampung halaman Irwan. Lagipula, di kota lumpia basah itu sudah tidak ada lagi kerabat. Seperti libur Lebaran tahun lalu Irwan dan keluarga bertolak ke Amerika Serikat menengok anak di sana. "Saya mencari tempat yang tidak banyak orang merayakan Idulfitri. Dengan begitu, kondisinya tidak begitu ramai," tutur Irwan.
Rencana berlibur ke Pulau Dewata memang mendadak. Tiket pesawat baru dipesannya 3 hari lalu, begitu juga villa. Irwan sekeluarga terbang ke Bali pada hari pertama Lebara. Lima hari di sana mereka bakal berpesiar ke pantai dan pura.
Tidak ada persiapan khusus sebelum berlibur ke Bali. Hanya saja, Irwan menginginkan anak dan cucu-cucu ikut berlibur bersama. Satu barang wajib dibawa Irwan yakni minuman Tolak Angin, produk keluaran Sido Muncul. “Biar tidak masuk angin di sana nanti,” katanya.
Irwan anak sulung dari lima bersaudara, cucu keenam dari pendiri Sido Muncul, Rachmat Sulistyo. Dia dilahirkan di Yogyakarta, 23 April 1947. Irwan mengaku ikut merayakan setiap hari raya agama di Indonesia. “Tuhan itu satu. Apapun perayaannya, entah Imlek, Lebaran, tahun baru masehi, atau Natal, saya ikut bersyukur dan senang,” kata Irwan.
Serupa Irwan, Herwan Gozali, berencana menghabiskan libur Lebaran di Bali. Bersama istri dan tiga anak, Direktur Operasional Express Group ini akan berpesiar di Bali selama 5 hari sejak 7 Agustus 2013. Bali menjadi sasaran liburannya karena Herwan jarang sekali ke Pulau Dewata itu.
Seringnya dia bepergian ke luar negeri ketimbang ke luar kota. Singapura, misal, disambanginya hampir tiap pekan. “Makanya, libur Lebaran selalu kami manfaatkan untuk jalan ke luar kota. Anak saya yang ada di Colombo pulang sebentar lagi agar kami sekeluarga bisa berlibur di Bali,” kata Herwan.
Keluarga Herwan tidak jauh-jauh hari merencakan liburan Lebaran pada tahun ini. Baru minggu lalu mereka membeli tiket penerbangan dan memesan hotel. Aktivitas di sana pun belum ditentukan. Yang pasti, aktivitas ditentukan selera anak.
“Kami orangtua ikuti saja. Terpenting buat saya bisa makan enak dan keliling pakai limousine,” ucap Herwan yang lahir di Jambi 50 tahun silam.
Biasanya, saat Lebaran Herwan membagikan uang dalam amplop kepada orang sekitar rumah dan para pegawai. Hampir tiap hari raya agama Herwan membagikan amplop berisi uang. Entah ke lingkungan sekitar rumah, pegawai, dan warga gereja.
Analis Jakarta Futures Exchange (JFX) Renji Betari menuturkan pada saat Idul Fitri nanti dirinya tidak akan melakukan mudik seperti rekan-rekan muslim lainnya. Maklum, sebagai non muslim, dia tidak terlalu ikut euforia tersebut. “Saya paling akan muter-muter Jakarta saja, mampir ke restoran ke restoran lain, atau palingan belanja sana-sini,” ujarnya.
Selama terlibat dan jadi analis di bursa, Renji memang sudah banyak mengunjungi hampir sebagian kawasan di Indonesia. Jadi, dia tidak terlalu menggebu-gebu menghabiskan liburan dengan berwisata domestik seperti yang dilakukan banyak rekannya.
BERLIBUR KE HONG KONG
Tanto Kurniawan, Presiden Komisaris PT Graha Buana Cikarang, anak usaha PT Jababeka Tbk di bidang residensial. Kali ini, dia sekeluarga memilih liburan ke Hong Kong.
“Kampung saya di Cilegon, jadi kalau mau mudik bisa kapan saja, lagipula anak-anak biasanya punya kesibukan masing-masing jadi kami ingin liburan bersama sekaligus melihat kemajuan negeri orang yang mungkin bisa diterapkan di sini,” ujarnya.
Tentu saja, sebagai antisipasi kehabisan tiket pesawat, Tanto dan keluarganya sudah memesan dari jauh-jauh hari. Satu lagi masalah umum yang sering dihadapi oleh para eksekutif di musim lebaran seperti ini, yakni mudiknya para pekerja rumah tangga mereka. Hal ini sempat juga dialami oleh keluarga Tanto.
Mereka harus mengerjakan semuanya sendiri mulai dari bersih-bersih rumah, cuci baju, piring, mobil, potong rumput, sampai siram tanaman. “Bagi-bagi tugas sih, orangtua kerjakan yang bersih-bersih, sedangkan anak-anak kerjakan yang berat-berat,” ungkap Tanto.
Berdasarkan pengalaman tersebut, kini Tanto membagi jatah mudik bagi ketujuh pekerja di rumahnya, ada yang saat Lebaran dan ada yang saat Natal. Dia memilih untuk tidak memanfaatkan jasa tenaga infal atau pengganti, karena dia tidak bisa sembarangan percaya orang untuk memasuki rumahnya.
Ketiadan pembantu selalu menjadi persoalan di saat Lebaran. Para majikan, yang notabene tidak terbiasa mengerjakan urusan-urusan rumah tangga seperti bersih-bersih, mencuci, atau memotong rumput.
Berangkat dari pemikiran seperti ini, Fara Aurora Unzilla melalui LPK (Lembaga Pendidikan Ketrampilan) Cinta Keluarga yang dimiliki dan dikelolanya, menawarkan layanan jasa tenaga pengganti atau infal saat musim mudik lebaran.
“Kebetulan ternyata disambut baik, tiap tahunnya permintaan tenaga infal dari kami terus meningkat,” ujarnya.
Tahun lalu, mereka menyalurkan sekitar 250 tenaga infal saat musim mudik, tahun ini diperkirakan angka tersebut mencapai kisaran 300 untuk are Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi.
Untuk memudahkan para calon pelanggan, LPK Cinta Keluarga memajang nama dan profil para tenaga infal di blog mereka. Para calon pelanggan dapat memilih tenaga mana saja yang kira-kira sesuai dengan kebutuhan dan kemudian dapat menghubungi yayasan sebelum dilakukan pengantaran.
Selain itu, para calon majikan dapat datang langsung ke kantor yayasan dengan membawa identitas diri untuk melakukan interview dengan pekerja yang diinginkan. Yayasan juga meminta majikan untuk memperhatikan kesehatan dan keselamatan tenaga kerja dengan memberi batasan tugas.
“Majikan juga harus siap menyediakan akomodasi dan konsumsi apabila tenaga kerja yang dipilih adalah tenaga kerja yang tinggal menetap di rumahnya,” tutur Fara.
Tenaga kerja infal dari yayasan ini umumnya merupakan remaja dan ibu-ibu yang dulunya pernah bekerja sebagai pekerja rumah tangga dan kini saat lebaran mencari penghasilan tambahan.
Meskpiun hanya diperkerjakan untuk sementara, yayasan ini tidak mau sembarangan merekrut tenaga tambahan. “Kami hanya menerima tenaga kerja dari sponsor yang sudah kami kenal, pernah kerja di rumah tangga, serta memiliki identitas diri dan alama keluarga yang jelas,” papar Fara.