Bisnis.com, JAKARTA - Kanker payudara adalah penyakit yang tidak hanya mematikan secara fisik, tetapi juga memberikan pengaruh emosional yang besar terhadap penderitanya yang mayoritas perempuan.
Ester Chuwa, konsultan sekaligus ahli bedah payudara dari Rumah Sakit Gleneagles Singapura, mengatakan banyak pasien yang sebisa mungkin mencari alternatif supaya payudaranya tidak perlu diangkat.
Di sisi lain, dia menambahkan, ada pula Angelina Jolie, aktris Hollywood, yang justru memilih untuk melakukan mastectomy untuk mencegah kanker payudara menghampirinya.
“Bagaimanapun, kanker payudara berpengaruh terhadap self esteem seorang perempuan, maka dari itu banyak yang lebih memilih untuk melakukan operasi konservasi payudara (breast conserving surgery),” kata Chuwa.
Salah satu metode yang mulai menjadi opsi akhir-akhir ini adalah oncoplastic breast conserving surgery (OBCS), atau penggabungan teknik bedah plastik dengan bedah payudara.
Dalam metode ini, jaringan kanker pada payudara diangkat dan beragam teknik digunakan untuk membentuk kembali atau merekonstruksi payudara. Cara rekonstruksinya adalah dengan menanamkan implan yang berasal dari jaringan tissue pasien itu sendiri.
Setelah treatment OBCS dilakukan, payudara yang direkonstruksi pada umumnya akan berukuran lebih kecil, namun bentuknya masih natural.
Sementara itu, payudara yang tidak terinfeksi akan diberi tindakan operasi pengecilan (cosmetic breast reduction surgery) untuk menyesuaikan dengan yang satunya.
“Tentu saja, untuk melakukan hal ini ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan seperti lokasi tumor atau kankernya, ukuran asli payudara tersebut, volume jaringan tissue yang diperlukan, sampai riwayat kesehatan si pasien itu,” jelas Chuwa.
Setelah melakukan OBCS, Chuwa menganjurkan si pasien untuk mengenakan bra khusus yang disebut shaping-bra, selama enam minggu. Hal ini disarankan supaya bentuk payudara yang sudah direkonstruksi tidak berubah.
Pasca OBCS, bentuk payudara si pasien mungkin kembali terlihat normal, namun, tetap saja ada beberapa fungsi yang tidak bisa dikembalikan.
“Ada beberapa dampak yang akan dirasakn pasien, seperti mati rasa pada payudaranya atau tidak lagi sensitif, dan jika dia menggunakan terapi radioaktif dalam perawatan kankernya, dia tidak lagi bisa mengeluarkan ASI (air susu ibu),” ungkap Chuwa.
Intinya, dia menegaskan, pengobatan terhadap kanker maupun penyakit lainnya, hendaknya tidak hanya terfokus pada penyakitnya secara fisik, namun juga mempertimbangkan aspek psikologis dari si pasien.