Bisnis.com, JAKARTA – Association of The Indonesian Tours & Travel Agencies (Asita) mengaku kebanjiran wisatawan asal China dalam perayaan Tahun Baru Imlek yang jatuh akhir pekan ini.
Bahkan, pihak travel agent sampai menyewa lebih dari 20 pesawat untuk mendatangkan pelancong dari Negeri Tirai Bambu tersebut ke Denpasar, Bali.
Denpasar memang menjadi tujuan utama wisman asal China yang berkunjung ke Indonesia.
Apalagi, Pulau Dewata tersebut telah masuk dalam 10 besar lokasi wisata favorit masyarakat China, selain Australia, Cape Town, Edinburgh, Hawaii, Paris, dan Swiss.
“Saking banyaknya [wisman China], kami sampai mencarter sekitar 20-an pesawat karena memang pesawat-pesawat reguler sudah tidak mencukupi lagi,” ucap Ketua Asita Asnawi Bahar kepada Bisnis.com, Rabu (29/1/2014).
Jumlah ini, menurutnya, terbilang lebih banyak dari tahun-tahun sebelumnya. Memang diakui olehnya, setiap libur panjang seperti Imlek, anggota Asita yang membawa turis China mencarter penerbangan, tetapi biasanya hanya sekitar 10 pesawat.
Diperkirakan, pelancong asal China yang ikut dalam pesawat carter tersebut berjumlah sekitar 7.000 an. Sebab, pihak Asita mencarter beberapa jenis pesawat mulai dari Airbus A330 hingga Boeing 777 yang memiliki kapasitas sekitar 300 hingga 400 kursi penumpang.
“Itu baru yang dari carteran, belum termasuk pesawat regular,” tuturnya.
Asnawi menuturkan, peningkatan tersebut terjadi pada bulan ini dengan lonjakan terbesar di minggu terakhir Januari di saat mendekati masa pergantian Tahun Baru Imlek.
Untuk memenuhi lonjakan wisman asal China yang berwisata ke Indonesia, pada pertengahan bulan ini telah ada penambahan rute penerbangan baru Hainan Airline dari Beijing menuju Denpasar, Bali berkapasitas 223 penumpang dengan waktu penerbangan 3 kali seminggu.
Melengkapi penerbangan langsung seperti dilakukan Xiamen Air menghubungkan Fuzhou (ibu kota Fujian) dan Jakarta, termasuk pesawat regular lainnya seperi Garuda Indonesia, dan China Airlines.
“Menyambut Imlek, pesawat regular juga ada extra flight, tetapi kami tidak koordinasi karena dari Asita mencarter dengan ijin sendiri.”
Selain jumlah kunjungan yang bertambah, para turis asal China tersebut, juga bisa lebih lama tinggal di Indonesia dengan pengeluaran yang lebih besar sehingga berdampak pada jumlah devisa yang diterima.
“Rata-rata lama tinggal wisman China sekitar 4-5 hari dengan pengeluaran sekitar US$ 100-US$ 110 per hari, kita berharap tahun ini bisa lebih besar sehingga devisa yang kita peroleh akan meningkat,” ujarnya.
Berdasarkan data dari Kemenparekraf, China memang merupakan pasar perjalanan inbound dengan pertumbuhan signifikan pada tahun 2013.
Dari 8,7 juta wisman asing yang mengunjungi Indonesia pada tahun lalu, 800.000 diantaranya berasal dari China.
Tahun ini, Kemenparekraf menargetkan dapat mendongkrak jumlah kunjungan wisman asal China mencapai 970.000 pada tahun ini atau meningkat 21,25% atau 170.000 kunjungan dari 2013.