Bisnis.com, JAKARTA– Debu vulkanik yang ke luar dari perut bumi saat gunung meletus, cukup berbahaya bagi kulit. Bisa menimbulkan eksim atau dermatitis akibat sifat asam dari debu terutama pada kulit yang sensitif.
Dian Sri Hartati, Spesialis Penyakit Kulit dan Kelamin dari RSIA Hermina Bandung, menuturkan dermatitis merupakan peradangan kulit yang timbul, setelah kontak dengan alergen melalui proses sensitasi. Yaitu terhadap substansi yang bisa menyebabkan reaksi peradangan pada kulit.
“Gejalanya bisa muncul ruam kulit, bercak, atau beruntus merah yang terasa gatal. Bila terkena abu vulkanik jarak dekat, bisa menyebabkan luka bakar,” ujar Dian saat dihubungi dari Jakarta, Sabtu pagi (15/2/14).
Dian menjelaskan abu/debu vulkanik merupakan bahan material vulkanik yang disemburkan ke udara saat terjadi suatu letusan. terdiri dari batuan berukuran besar sampai berukuran halus (kurang dari 10 mikron).
Batuan yang berukuran besar (bongkah, dan kerikil) biasanya jatuh di sekitar kawah sampai radius 5-7 km dari kawah. Sedangkan yang berukuran halus dapat jatuh pada jarak mencapai ratusan km, bahkan ribuan km dari kawah, karena dapat terpengaruh oleh adanya hembusan angin.
Debu vulkanik, katanya, kemungkinan mengandung asam plus gas berbahaya, seperti CO, H2S, SO2, atau yang mengandung komponen kristal seperti silika, bahaya bagi kulit.
Untuk mengurangi dampak paparan abu vulkanik, katanya, perlu melakukan beberapa hal berikut:
1. Gunakan masker debu (berukuran N95 sampai N100, untuk menghindari masuknya debu berukuran atau kurang dari 10 mikron).
2. Memakai kacamata.
3. Memakai baju tertutup.
Cara mengatasi bila seseorang terpapar abu panas pada kulit, bila terjadi luka bakar, maka kulit dialirkan dengan air mengalir selama sekitar 20 menit. Kemudian tutup luka dengan kasa sofratul.
Bila terkena dermatitis, lanjut Dian, bersihkan kulit dengan air mengalir, kemudian berikan krim/salep antialergi, dan obat minum antialergi.