Bisnis.com, JAKARTA--- Himpunan Masyarakat Hemofilia Indonesia (HMHI) memprediksi lebih dari 18.000 penderita hemofilia belum terdiagnosis pada saat ini, sehingga diperkirakan belum mendapat pelayanan kesehatan yang memadai.
Novie Amelia Chozie, Wakil Ketua HMHI, mengatakan baru sekitar 1.700 penderita hemolifia yang terdiagnosa di Indonesia per Februari 2014.
“Itu cuma sekitar 6% dari perkiraan total penderita sekitar 20.000 orang,” katanya di Mal Kota Kasablanka, Sabtu (15/2/2014).
Novie mengatakan penderita hemofilia yang belum terdeteksi itu kemungkinan besar belum mendapat pelayanan kesehatan yang maksimal. Sejauh ini, pelayanan kesehatan tersebut juga masih belum menyebar di seluruh Indonesia.
Penderita hemofilia yang terdeteksi berasal dari sejumlah kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Bandung dan sebagainya. Novie mengatakan persoalan hemofilia ini harus mendapat perhatian luas dari segala pihak.
Hemofilia merupakan kelainan pendarahan langka yang menyebabkan penderitanya mengalami pendarahan yang sulit berhenti ketika luka. Kelainan ini diketahui pertama kali di Indonesia pada 1965.
Pengobatan dengan transfusi komponen darah yang berisi faktor pembekuan yaitu cryoprecipitate baru digunakan pada 1975 ketika dr.Masri Rustam dari Palang Merah Indonesia kala itu mulai membuatnya.