Dari cerita Mahabarata, dikisahkan bahwa Hanoman ingin moksa tanpa halangan, tetapi keinginannya untuk kembali ke khayangan, tidak disetujui gurunya, Begawan Kisawasidi.  /bisnis.com
Show

WAYANG ORANG: Meneladani Kepemimpinan Sang Hanoman

Inda Marlina
Minggu, 6 April 2014 - 01:40
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Pertunjukan wayang orang merupakan salah satu warisan tradisi  budaya yang adiluhung. Lakon yang dibawakan di atas panggung selalu jelas berada dalam dua sifat, baik dan buruk.

Budayawan Franz Magnis Suseno, dalam bukunya berjudul Wayang dan Panggilan Manusia  menyebutkan wayang tidak pernah menggurui, tidak mau memberikan nasehat dan norma. Wayang tidak bersifat moralistik. Tidak ada jawaban bagi semua masalah secara sederhana, selain menggambarkan hal yang bersifat baik dan buruk.

Tokoh-tokoh wayang selalu berada dalam dua pihak yakni yang baik dan buruk. Sejatinya, para tokoh yang dilakonkan dalam wayang merupakan pengejawantahan atau perwujudan dari karakter alamiah manusia. Salah satu tokoh pewayangan yang terkenal mengabdi kepada kebenaran adalah Hanoman. Dalam cerita Ramayana, sosok kera putih, putra Dewa Batara Guru dan Dewi Anjani, digambarkan sebagai tokoh yang sakti dan setia. Kesetiaan Hanoman digambarkan dengan kerelaannya ditangkap Indrajit, dan dibakar hidup-hidup agar dapat merebut Dewi Shinta dari Prabu Dasamuka.

Sementara itu, dari cerita Mahabarata, dikisahkan bahwa Hanoman ingin moksa tanpa halangan, tetapi keinginannya untuk kembali ke khayangan, tidak disetujui gurunya, Begawan Kisawasidi. Hanoman dapat kembali ke nirwana setelah mendamaikan dua negara yang berseteru yakni Kerajaan Mamenang yang dipimpin Prabu Jayabaya dengan Kerajaan Yuastina yang dipimpin oleh Prabu Sariwahana.

Aksi kepahlawanan dan kesetiaan Hanoman, kembali diangkat ke atas panggung pada Minggu (30/3/2014), di Gedung Kesenian Jakarta oleh kelompok tari Satya Budaya Indonesia (SBI). Pagelaran kali ini mengangkat lakon berjudul Sang Hanoman: Resi Mayangkara. Keperkasaan Hanoman dikisahkan dalam 7 adegan, dalam rangka memperingati sewindu umur paguyuban wayang orang tersebut. Ketujuh adegan tersebut merangkum  sifat heroik tetapi tetap membumi dari seorang Hanoman, yang dirangkum dari kisah Ramayana, Mahabarata, dan Wayang Madya/Gedog.

Pertunjukan berlangsung kurang lebih 3 jam diawali dengan tarian yang mewakili wilayah di Indonesia seperti tari Jawa, Kalimantan, dan Sumatra. Penggambaran keragaman budaya tersebut juga ditambah kolaborasi antara tari Jawa dengan India, negara yang juga menuturkan kisah Hanoman. Tarian kolaborasi antara tiga daerah di Indonesia serta dengan India yang kemudian disatukan dalam satu panggung  tersebut disuguhkan sebelum pagelaran wayang orang.

Pertunjukan wayang orang seringkali identik untuk orang tua dengan naskah yang berat. Namun, alur cerita besutan sutradara Mudjo Setiyo yang merangkap sebagai penulis naskah ini juga disisipi humor khas masa kini. Misalnya mengambil gerakan pada tayangan televisi seperti,  keep smile yang dipopulerkan oleh Caesar di salah satu televisi swasta.

Baik dalam wayang orang dan wayang kulit versi Jawa, penampilan Punakawan selalu ditunggu dan hadir untuk  mengendorkan tawa setelah penonton mencoba memahami jalan cerita dalam wayang. Meski naskah wayang dalam Bahasa Jawa, tetapi sebagian besar penonton dalam GKJ malam itu dapat tertawa tergelak mendengar guyonan dari Punakawan maupun para cantrik. Sang sutradara pun juga tidak terlalu mengikuti pakem, sehingga terdapat ruang improvisasi untuk para pemain. Pemilihan lakon Sang Hanoman: Resi Mayangkara tidak lepas dari hajatan besar bangsa Indonesia yakni Pemilihan Presiden 2014.

“Melalui kontribusi budaya, tokoh Hanoman kami pilih karena sebenarnya masyarakat menginginkan sosok pemimpin yang berani berjuang membela kebenaran dan rela mengorbankan dirinya untuk kepentingan rakyat,” tutur Ketua Pagelaran Exacty Sukamdani.

Pementasan SBI kali ini diakui Exacty sebagai pertunjukan yang besar dengan adegan yang paling panjang selama pementasan ke-20 paguyuban SBI. Dalam pertunjukan kelompok yang didirikan pada 27 Februari 2006 itu, SBI melibatkan 132 penari dan pengrawit atau penabuh gamelan. Pagelaran ini diringkas apik mengingat para penari berasal dari berbagai kalangan profesi dan hanya sekitar seperempat dari mereka berprofesi sebagai penari. Oleh karena itu, keseluruhan pemain hanya bisa berlatih bersama saat akhir pekan. Agenda pentas sewindu ini pun telah dipersiapkan sejak tahun lalu. Penampilan pengrawit yang rapi dalam  pementasan Sang Hanoman: Resi Mayangkara  mampu menutupi gangguan pada sound system saat adegan pertama wayang orang dimulai.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Inda Marlina
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro