Bisnis.com, JAKARTA --Masyarakat sebaiknya segera kritis terhadap makanan yang dikonsumsi mulai dari bahan baku produksi hingga latar belakang perusahaan produsen makanan atau minuman.
Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Husna Zahir mengatakan sikap kritis terhadap makanan atau minuman diperlukan agar produsen tetap awas memperhatikan isu lingkungan dan tenaga kerja. Seringkali, produsen makanan menerapkan standar ganda yang berbeda di setiap negara. Misalnya, menggunakan bahan pengawet yang berbeda di setiap negara.
“Padahal, kalau produsen mau menerapkan standar yang sama untuk produknya bisa menjadi keuntungan dan nilai lebih, misalnya mendapat kepercayaan dari masyarakat,” katanya, Senin (12/5/2014)
Selain bahan baku produksi, sikap kiritis terhadap latar belakang produsen makanan juga menjadi “pengawas” untuk perusahaan. Husna mencontohkan mengenai iklan yang menggunakan model anak-anak. Di beberapa negara Eropa, anak-anak dilarang untuk menjadi model iklan karena dianggap sebagai mempekerjakan anak.
Husna mengatakan perbedaan standar ini sering dimanfaatkan oleh perusahaan sebagai “aji mumpung”. Sebagai contoh tetap menggunakan bahan pengwet tertentu di Indonesia, padahal bahan pengawet tersebut sudah dilarang di negara lain. Oleh sebab itu, konsumen sebaiknya tetap kritis memperhatikan rantai produksi bahan baku makanan dan latar belakang perusahaan makanan.