Tapak Sepatu Mulai Mengelupas (2)
Untuk menghemat waktu, kami pun menggunakan jasa ojek dari basecamp sampai ke hutan. Kalau jalan kaki, waktu tempuh sekitar 3 jam. Dengan sepeda motor, kami menghemat 2,5 jam.
Dengan membayar Rp35.000 per orang, Samhaji dan seorang rekannya mengantarkan kami. Jalur bebatuan bersanding jurang dilalui dengan motor bebek tanpa pengamanan membuat saya beberapa kali menahan napas karena ketakutan.
“Ini ban motornya udah diganti yang khusus buat off road ya pak?” tanya saya pada Samhaji yang membonceng saya.
“Enggak, ban biasa aja,” jawabnya. Saya makin ketakutan. Rasa takut yang berhasil saya kaburkan dengan tertawa.
Sekitar pukul 6.45, kami mulai berjalan. Menurut Samhaji, untuk tiba di Mata Air Satu, kami butuh berjalan empat jam. Tetapi karena kecepatan berjalan saya yang cukup lamban, kami baru tiba di Mata Air Satu pukul 13.00. Di sini tapak sepatu sebelah kiri saya mulai lepas.
Sembari Rezza mengisi persediaan air, saya menyiapkan makan siang. Ikan sarden dan nasi jagung pemberian Samhaji jadi menu makan siang kami. Selesai makan dan mengelem tapak sepatu, kami lanjutkan perjalanan ke Mata Air Dua.
Menurut Samhaji, waktu tempuh antara Mata Air Satu dan Dua hanya dua jam. Namun lagi-lagi, kami baru tiba di Mata Air Dua pukul 17.00, dan lem yang saya oleskan ke tapak sepatu yang lepas tidak cukup kuat. Di Mata Air Dua, saya kembali mengoleskan lem di tapak sepatu, agar tetap bisa berjalan.