Bisnis.com, JAKARTA- Jika Anda termasuk penikmat fesyen dan mode terkini, pastinya akan memperhatikan sebuah fenomena kebangkitan industri pakaian siap pakai (ready to wear/ RTW) self manufactured buatan para desainer muda berbakat dari dalam negeri.
Melanjutkan tren bangunnya industri fesyen lokal beberapa tahun terakhir, tahun ini semakin banyak label RTW domestik yang sudah diakui oleh jejaring ritel internasional papan atas. Beberapa di antaranya adalah milik jebolan Indonesia Fashion Forward (IFF).
Sejumlah 14 desainer IFF digandeng oleh rantai ritel fesyen kenamaan Galeries Lafayette dalam menghelat Fashion Lab di Pacific Place, Jakarta. Hal ini sekaligus menjadi pertanda makin membaiknya kualitas desain dan produk akhir para perancang Indonesia.
Adapun, keempatbelas perancang lokal tersebut a.l. Billy Tjong, Andhita Siswandi, Tertia, Lotuz, Bateeq x Suzuki Takayuki, I.K.Y.K, Rani Hatta, Elly Han, Byo, D'Leia, Day and Night, Paulina Katarina, Milcah, dan SOE Jakarta.
Masing-masing dari mereka meluncurkan koleksi terbarunya yang bercita rasaedgydengan desainnya sangat eksklusif dan layak disetarakan dengan buah tangan rumah mode internasional lainnya.
Byo, misalnya, menawarkan koleksi tasnya yang unik dan fullsequindengan potongan tidak biasa, yang sesuai bagi pribadi yang ingin tampil menonjol dan menjadi pencuri perhatian. Ada juga Bateeq, yang sudah sangat dikenal mengawinkan desain modern dengan batik.
Bagi pecinta busana tertutup dengan desain berkelas, ada Rani Hatta yang menawarkan koleksimodest wearyang sesuai untuk iklim tropis dengan aksenstylishdan kebarat-baratan, seperti romper, coat,mantel, dan outter panjang.
Karakter desainnya masih didominasi nuansa minimalis dan modern, yang mampu membuat pemakainya tampak modis secaraeffortless. Apalagi, menurutnya, pakaian-pakaian minimalis sangat mudah dipadupadankan dan cocok untuk segala suasana.
Saya membuat beberapa coat tanpa lengan agar sesuai untuk iklim tropis. [Selain itu], potongancoatyang simpel dan berpalet gelap juga tidak terkesan berlebihan untuk dikenakan di Indonesia, meskipun coat lebih identik untuk negara empat musim, jelasnya.
Guna menghasilkan produk akhir yang tetap nyaman digunakan meski terkesan sedikit berat, dia memilih material multifungsi seperti katun,stretch wool, dancrepeyang tidak terlalu tebal dan terasa cukup lega untuk cuaca yang gerah.
Desainer-desainer lainnya pun unjuk kreativitasnya masing-masing di ajang Fashion Lab. Hasil dari penjualan selama perhelatan25 April-31 Mei tersebut akan disalurkan sebagai bentuk program Give Back bagi pengembangan kapasitas desainer lokal.
Sekadar catatan, ini adalah tahun ketiga perhelatan Fashion Lab di Indonesia. Di luar negeri, ajang tersebut telah berhasil mengangkat nama sejumlah perancang pendatang baru, seperti Hartbo + Lwg, Kaviar Gauche, Pisces, Pulver, Sisi Wasabi, dan lain-lain.
Adapun, tema besar yang diangkat oleh jejaring ritel asal Prancis tersebut adalah modern dan chic. Sementara itu, bagi IFF sendiri, Fashion Lab merupakan kesempatan untuk berkompetisi dengan label internasional di areal ritel bersegmen pasar menengah-atas.
Upaya IFF tersebut mendapat dukungan dari Kementerian Perdagangan dan Kementerian Perindustrian. IFF sendiri adalah bagian dari program bentukan Jakarta Fashion Week (JFW) untuk membina kapasitas desainer muda dalam mempercepat kemajuan labelnya di pasar internasional.