Beberapa juru masak membuat jenang khas Solo dalam Festival Jenang di Solo, Jawa Tengah, Minggu (23/2)./Antara
Kuliner

ANEKA KUE: Cerita Dibalik Jajanan Tradisional

Azizah Nur Alfi
Kamis, 19 Mei 2016 - 16:24
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Kuliner merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat. Menilik jajanan tradisional, sama halnya dengan membaca kultur masyarakat Indonesia dengan ragam kebudayaannya. Ada banyak cerita dibalik jajanan tradisional. 

Beragam jajanan tradisional biasanya terkait dengan upacara adat. Perkembangan selanjutnya, jajanan ini dibuat tak hanya untuk kepentingan upacara tetapi menjadi bagian dari panganan sehari-hari.
      
Seperti kue mata kebo dari Yogyakarta. Kue ini terbuat dari tepung ketan yang berisi unti (parutan kelapa bercampur gula merah) berwarna merah dan hijau kemudian disiram dengan adonan putih yang terbuat dari tepung beras. Adonan ini kemudian dibungkus dengan daun pisang kemudian dikukus. Dinamakan mata kebo lantaran bentuknya yang seperti mata. Namun, di Jawa Timur, kue ini lebih dikenal dengan sebutan cocor bebek.
 
Lain ceritanya dengan kue grendel Cilacap. Kue khas dari Cilacap, Jawa Tengah ini selain untuk pelipur dahaga juga mengandung unsur filosofi hidup orang Jawa. 

Pada jenang grendul, bahan-bahannya terdapat tepung gaplek, air santan kelapa, gula tebu, kemudian tepung gaplek (pati telo) dibuat brendul-brendul atau bulat-bulat yang selanjutnya disebut grendul. Apabila diaduk grendulnya berputar mengikuti arah adukan. Disinyalir hal tersebut memiliki makna untuk memutar roda kehidupan. Jadi jenang grendul ini menggambarkan makna kehidupan itu seperti cakra penggilingan  atau seperti roda yang berputar kadang di atas dan di bawah atau naik turun .
Jenang Grendul dan Kue Mata Kebo merupakan dua dari sederet jajanan tradisional yang dipamerkan dalam program Jajanan Manis Bersama Gulaku yang diselenggarakan sejak Mei hingga Agustus 2016 di di sejumlah pasar tradisional Jabodetabek. Sejumlah pasar tersebut seperti, Pasar Lenteng Agung, Pasar Ciracas, Pasar Embrio, dan Pasar Musi. 

"Jajanan tradisional tidak sekadar nikmat dan mengenyangkan, namun mengandung filosofi adiluhung," tutur Communication Officer Gulaku Fiter  Cahyono, seperti dalam keterangan resmi yang diterima Bisnis. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro