Nelson Mandela
Relationship

Ini Warisan Mandela untuk Kaum Perempuan

Wike Dita Herlinda
Minggu, 24 Juli 2016 - 16:37
Bagikan

Kabar24.com, JAKARTA - “Yang terpenting dalam hidup ini bukan hanya fakta yang kita jalani, [tapi] perubahan apa yang telah kita buat untuk kehidupan orang lain,” demikian Nelson Mandela pernah berujar.

Hampir tiga tahun sudah Nelson Rolihlahla Mandela meninggalkan kita. Salah satu legenda revolusi terbesar di dunia itu pergi mewariskan perjuangan dan mimpi besar yang harus diteruskan oleh warga dunia.

Tutup usia pada 5 Desember 2013, pria yang akrab disapa Madiba itu dikagumi warga bumi sebagai figur paling penting dalam sejarah Afrika, sekaligus salah satu sosok pemimpin dunia yang paling bersinar abad ini.

Madiba adalah pemain sentral dalam pembangunan ekonomi Benua Hitam, yang dulu dicap sebagai daratan yang nyaris tak punya harapan. Sepeninggalnya pada usia 95 tahun, warisan kemanusiaannya masih terus membekas di hati warga dunia.

Dia memesonakan hati banyak orang melalui kemampuannya menggunakan cara elegan untuk mengentaskan Afrika Selatan dari jerat politik apartheid, tanpa memantik represi atau gelombang kekerasan sosial besar-besaran, apalagi keruntuhan ekonomi.

Pria kelahiran Mvezo itu paham betul bahwa perekonomian akan selalu terpinang dengan politik. Hingga pada satu kesempatan, dia mengungkapkan pernyataan yang kini menjadi legendaris, “Di negara saya, kami pergi ke penjara dulu dan kemudian menjadi presiden.”

Untuk terus mengenang perjuangan Madiba, hari kelahirannya (18 Juli) selalu diperingati sebagai Mandela Day. Hari istimewa tersebut dirayakan di hampir seluruh belahan bumi, termasuk di Indonesia.

Perayaan Hari Internasional Nelson Mandela 2016 di Tanah Air sendiri digelar oleh perwakilan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Jakarta melalui diskusi interaktif bertajuk Perempuan dalam Kepemimpinan.

Sebagaimana terefleksi pada judulnya, diskusi tersebut menekankan pada isu kesetaraan gender di tempat bekerja maupun kehidupan sosial. Apalagi, perjuangan untuk isu tersebut di Indonesia masih dinilai pasang surut.

Di dalam diskusi tersebut, lebih dari 35 pemimpin sukses perempuan Indonesia berbicara terus terang mengenai tantangan yang dihadapi kaum Hawa di tempat kerja dan bagaimana mereka bisa berkontribusi untuk keberhasilan perempuan dan stabilitas keuangan.

Duta Besar Afrika Selatan untuk Indonesia Pakamisa Agustine Sifuba berpendapat Indonesia bisa bercermin dan belajar dari cara Madiba memperjuangkan kesetaraan gender dan keadilan sosial di tanah kelahirannya.

“Presiden Mandela berjuang dengan pengorbanan pribadi yang besar untuk hak-hak semua warga Afrika Selatan, [baik] laki-laki [maupun] perempuan,” ujarnya di sela-sela diskusi yang dihelat awal pekan ini.

Dia bercerita berkat perjuangan tak kenal lelah dari bapak bangsa tersebut, banyak perempuan di Afrika Selatan yang kini sudah bisa menjadi wakil di parlemen dan juga menduduki posisi kepemimpinan strategis dalam kehidupan profesional.

“[Semoga] Contoh sukses yang diterapkan oleh Nelson Mandela akan ditiru di seluruh dunia, oleh setiap individu, untuk melakukan setidaknya sedikit pelayanan bagi komunitas mereka dan meningkatkan [taraf] kehidupan orang lain,” tegas Pakamisa.

Di Indonesia, sudah banyak pemimpin perempuan yang menjadi tokoh sentral; baik di dunia usaha, organisasi masyarakat sipil, pemerintah, akademisi, media, seni, hingga budaya. Kebanyakan dari mereka merengkuh posisi puncak dengan rintangan yang tidak mudah.

Ciptakan Kontribusi

Direktur Pusat Informasi PBB (United Nations Information Centre/UNIC) Jakarta Sunaina Lowe mengatakan para perempuan Indonesia bisa membuat kontribusi untuk mengubah kehidupan orang lain melalui cara-cara sederhana, tidak harus selalu menjadi ‘petinggi’.

Misalnya dimulai dari rumah dengan meningkatkan kesadaran keluarga dan orang-orang terkasih tentang harapan dan aspirasi, serta memberikan suara mereka untuk didengar dan membuat perubahan.

Kontribusi juga bisa dilakukan para pemimpin perempuan di dunia bisnis dan ketenagakeraan, dengan membuat lingkungan kerja lebih mendukung pada peran perempuan, khususnya perempuan muda yang menghadapi pelecehan seksual dan diskriminasi.

Hak-hak perempuan penyandang disabilitas, pekerja menyusui, serta bentuk-bentuk diskriminasi lain di dunia kerja juga patut mendapatkan sorotan dan perhatian khusus untuk menggerakkan perubahan.

“Perempuan adalah pembuat perubahan yang dinamis. [Mereka] bisa mengeksplorasi cara-cara yang membuat partisipasi perempuan berbanding lurus dengan peningkatan efisiensi ekonomi dan produktivitas, status sosial, serta stabilitas secara keseluruhan,” kata Sunaina.

Dia berpendapat Indonesia sebenarnya bisa masuk ke dalam jajaran ekonomi terbesar ketujuh dunia pada 2030 jia saja republik ini mau memelihara keterampilan dan bakat yang tersedia, serta memperkuat partisipasi dan kepemimpinan perempuan di semua tingkatan.

Di balik perayaan Hari Mandela sedunia terbesit pesan sederhana agar setiap individu mau bertanggung jawab untuk mengubah dunia menjadi lebih baik. Caranya adalah dengan mengambil tindakan katalis untuk memerangi ketidakadilan sosial.

Sejatinya itulah yang menjadi panggilan Madiba bagi generasi berikutnya. Sudah selayaknya panggilan tersebut dijawab bersama-sama untuk mengenang karya-karyanya dalam mencari solusi bersama untuk kehidupan yang lebih baik.

Sebagaimana dikatakan Madiba pada pidato inaugurasinya, 10 Mei 1994, “Saya ingin membangun masyarakat di mana seluruh warga Afsel—baik hitam maupun putih—dapat melangkah sejajar tanpa ketakutan di hati mereka, memastikan hak mereka yang tidak dapat dialienasi terhadap martabat kemanusian; sebuah negara pelangi dalam dami dengan dirinya sendiri dan dunia.”

Editor : Saeno
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro