Bisnis.com, MALANG - Vaksin kontrasepsi pria hasil penemuan Profesor Aulani'am dan ti nya dari Institut Biosains Universitas Brawijaya Malang segera dipatenkan.
“Saat ini sudah terdaftar paten dan diupayakan mendapatkan hak paten,” ujar Aulani’am di Malang, Kamis (28/9/2016).
Produk hasil penelitian ini sudah dilakukan secara in vivo di laboratorium dan menunjukkan hasil yang sangat bagus, sebagai vaksin kontrasepsi pria yang efektif, aman dan reversible.
Hak paten dari rangkain penelitian ini sebagai modal peneliti untuk bekerjasama dengan industri agar tidak akan ada komplain terhadap produk yang sudah diproduksi.
Penelitian tentang vaksin kontrasepsi pria sudah dilakukan sejak belasan tahun lalu oleh tim peneliti Universitas Brwaijaya. Vaksin kontrasepsi yang sedang dikembangkan ini berupa human recombint protein yang akan menganggu proses spermatogenesis melaui gangguan terhadap ikatan antara hormon FSH dan reseptornya yaitu FSHR.
Pada prinsipnya, kontrasepsi bagi pria itu bertujuan untuk menghambat pembuahan dengan memperlambat motilitas (gerakan) dan gerakan sperma sehingga tidak bisa mencapai sel telur.
Uji Coba
Cara itu telah diujicobakan ke hewan percobaan mencit dan tikus putih dan telah terbukti dapat mengurangi jumlah anak kedua hewan itu. Selain itu juga tidak mempengaruhi sintesis hormon yang berkaitan dengan libido yaitu hormon LH.
Tahap penelitian yang akan dilakukan selanjutnya adalah aplikasi pada manusia. Upaya ini dilakukan bekerjasama dengan para dokter terkait reproduksi pria.
Kontrasepsi tersebut tidak akan mengganggu produksi hormon pria yang berkaitan dengan libido dan dapat dengan mudah kembali ke kondisi kesuburan semula setelah suntikan dihentikan atau bersifat reversible yaitu terjadi infertilitas pria sementara.
"Kelebihan alat kontrasepsi pria, ini tidak mengganggu profil hormon LH, karena tidak menganggu libido,” ucapnya.
Kontrasepsi tersebut hanya mencegah spermatogenesis atau pembentukan sperma. Apabila spermatogensis dihambat, maka ada penekanana terhadap infertilitas pria.
Vaksin ini ideal setelah dihentikan tidak mengganggu proses spermatogenesis dan kualitas sperma akan kembali semula.Untuk diaplikasikan pada manusia, masih melalui beberapa tahap penelitian seperti penyiapan approval dari komisi etik penelitian kesehatan, ethical clearance dan inform concern.