Kabar24.com, DENPASAR - Para nelayan di Nusa Penida Minggu (16/10/2017) menggelar ritual Nyepi Segara.
Terkait kegiatan tersebut, perairan pulau Nusa Penida, yang terpisah dengan daratan Bali dan secara administratif masuk wilayah Kabupaten Klungkung, bebas dari aktivitas nelayan dan pelayaran.
"Semua jukung milik nelayan maupun armada penyeberangan parkir selama 24 jam dan aktivitas penyeberangan lumpuh total, baru akan kembali normal keesokan harinya, Senin (17/10)," kata Kepala Unit Pelayanan Teknis (UPT) Penyeberangan Nusa Penida I Dewa Gede Agus Swarmahendra, Minggu.
Hal senada juga diungkapkan pengelola Gangga Express I Nyoman Landep. Sesuai surat ederan dari pihak panitia kegiatan ritual berskala besar "Ngusaba dan Nyepi Segara" semua aktivitas penyeberangan dari Nusa Penida ke daratan Bali dan sebaliknya dihentikan.
Ritual Nyepi segara yang dilaksanakan secara berkesinambungan setiap tahun sekali itu jauh sebelumnya sudah diinformasikan kepada pemilik armada angkutan menggunakan jasa penyeberangan, sehingga tidak melakukan aktivitas di laut sehari penuh.
Sementara aktivitas wisata bahari yang melibatkan wisatawan dalam dan luar negeri di perairan Nusa Penida juga mengalami hal sama terkait ritual Nyepi Segara. Armada wisata bahari juga tidak melakukan aktivitas.
"Nyepi segara bentuk aktivitas wisata bahari istirahat selama sehari penuh dan kembali melakukan kegiatan mulai Senin (17/10)," tutur I Wayan Bagiayasa, salah seorang karyawan Word Diving Lembongan, Nusa Penida.
Panitia kegiatan ritual "Ngusaba dan Nyepi Segara" Nyoman Dunia mengatakan, rangkain ritual tersebut bermakna pembersihan alam semesta (buana agung) khususnya di laut dan dalam diri sendiri (buana alit) Hal itu dilakukan karena laut merupakan sumber kehidupan masyarakat yang memberikan kelimpahan rejeki sehingga sebagai umat manusia selayaknya menghaturkan puji syukur sebagai bentuk terima kasih atas karuniaNya, ujar Nyoman Dunia.
Kegiatan yang disertai dengan "ritual rarung" (pakelem) di tengah laut dilaksanakan setiap tahun saat "sasih purnama kapat" yang dilaksanakan secara bergilir di dua Pura yakni Pura Penataran Ped dan Pura Batumedawu.
Pura Batumedawu disungsung (diempon) oleh warga di 20 Desa Pakraman Nusa Penida timur.