Zaenal Beta tengah melukis kapal pinisi di sanggarnya di Fort Rotterdam, Makassar, Sulawesi Selatan/Muhammad Khadafi
Show

Zaenal Beta, si "Profesor" Pelukis Tanah Liat

Muhammad Khadafi
Rabu, 22 Maret 2017 - 06:13
Bagikan

Bisnis.com, MAKASSAR – Tidak banyak yang mengenal Zaenal Beta. Tapi siapa sangka dia dianggap satu-satunya pelukis yang menggunakan media tanah liat oleh University of California.

Bahkan dia dijuluki sebagai seorang profesor oleh pelukis kenamaan, Affandi. Sebab Zaenal sejak tahun 1980 tidak sengaja menemukan bahwa tanah liat bisa digunakan untuk melukis.

“Saya seorang doktor, kamu itu profesor karena telah menemukan teknik baru,” kata Zaenal menirukan ucapan Affandi kepada dirinya pada tahun 1986 sembari tersenyum bangga mengingat kejadian itu.

Saat itu kali pertama dia mengadakan pameran di Jakarta, tepatnya di Taman Ismail Marzuki. Menurutnya, karya miliknya diaparesiasi dengan baik, meski terjadi perdebatan oleh para pelukis tentang tekniknya. “Apa ini bisa masuk ke seni melukis, karena tidak pakai cat,” kenangnya.

Tekniknya terlihat sederhana. Tanah liat dibasahkan hingga dirasa tidak terlalu padat dan juga tidak terlalu cair. Kemudian tanah liat dia peperkan ke kanvas dan tangannya seperti sembarangan bergerak hingga akhirnya membentuk objek yang sebelumnya hanya ada di kepalanya.

Zaenal menjelaskan, tanah liat yang digunakan tidak bisa sembarang. Dia memilih tanah liat dari 24 kabupaten dan kota di Sulawesi Selatan. Setiap tanah liat tersebut memiliki karakter masing-masing sesuai dengan kebutuhan untuk menyalurkan imajinasinya.

Pelukis asli Makassar ini sempat menggunakan tanah liat dari luar wilayah Sulawesi Selatan, tapi ternyata tidak sesuai. Beberapa terlalu keras dan warnanya tidak sesuai seperti yang ia harapkan.

Saat ini umurnya tidak lagi muda. Tahun 2017 ini dia akan berusia 57 tahun. Berbekal sanggar yang diberikan oleh Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala di Fort Rotterdam, Makassar, Sulawesi Selatan, Zaenal mencoba terus menyebarluaskan teknik melukis dengan tanah liat.

Ironisnya, ketenaran Zaenal di dunia malah tidak berlaku di dalam negeri. Beberapa kali dia meminta pendanaan kepada para pengusaha di Makassar untuk mengadakan pameran, tapi belum pernah berbuah hasil.

Padahal karyanya sudah diapresiasi hingga ke benua Eropa. Satu karyanya yang diselesaikan dalam waktu lebih kurang 30 menit dibeli oleh kolektor Jerman seharga Rp25 juta. “Awalnya lukisan saya ditawar. Saya kasih harga Rp10 juta, dia [orang Jerman] malah menawarkan harga Rp25juta.”

Beberapa tokoh terkenal dalam negeri juga sempat meminta dia melukis. Zaenal menyebut nama Setiawan Djodi dan Guruh Soekarnoputra pernah memesan lukisannya dan dihargai Rp5 juta.

Satu cerita menarik, kendati dua nama tokoh asal Jawa sudah pernah membeli karyanya, Wakil Presiden Jusuf Kalla belum pernah membeli karyanya. Padahal dia berharap Jusuf Kalla sebagai seorang asli Makassar dapat mengapresiasi karyanya. Dengan demikian mungkin karyanya dapat dikenal oleh saudaranya di negeri sendiri.

Awal pekan ini, Zaenal unjuk gigi di hadapan peserta acara Datsun Risers Expedition (DRE) 2 di Fort Rotterdam, Makassar. Tidak sampai 20 menit, tiga lukisan sederhana rampung di atas kertas glossy ukuran A4. Lukisan pertama adalah rumah adat Toraja, kedua dua orang kasmaran di tengah padang rumput, dan terakhir perahu pinisi.

Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro