Bisnis.com, JAKARTA - Wanita yang mengalami beberapa peristiwa traumatis masa kanak-kanak atau remaja berisiko mengalami depresi jelang masa menopause atau yang biasa disebut perimenopause. Demikian menurut sebuah studi
Sebuah studi mengungkapkan bahwa perempuan yang mengalami traumatis di masa kecil semisal pelecehan seksual, masalah emosional perceraian orang tua setelah pubertas akan mengalami 2 hingga kali peningkatan risiko mengalami depresi perimenopause
Perubahan hormonal yang terjadi selama menopause dapat membuka risiko yang sebelumnya tidak terdeteksi pada wanita yang mengalami pengalaman masa kecil yang buruk, terutama ketika peristiwa terjadi setelah pubertas, kata para peneliti.
Baca Juga Jonan Tekan Harga Gas |
---|
"Hasil kami menunjukkan bahwa wanita yang mengalami setidaknya dua kali pengalaman buruk saat masa pubertas, akan mengalami dua kali potensi depresi selama perimenopause dan menopause," ujarnya seperti dilansir dari Boldsky.com
Pemimpin peneliti C. Neill Epperson, Profesor di University of Pennsylvania mengatakan hal ini menunjukkan bahwa tidak hanya stres kehidupan yang memiliki efek yang signifikan dan tahan lama pada pengembangan dan fungsi dari daerah otak yang bertanggung jawab untuk emosi, suasana hati, dan memori.
Epperson menambahkan, dalam makalah yang diterbitkan dalam Journal of Clinical Psychiatry bahwa risiko perubahan dramatis depresi pada kadar hormon selama kedua pubertas dan menopause.
"Ada jelas hubungan yang kuat antara traumatis anak dan risiko depresi, seluruh kehidupan seorang wanita tetapi terutama selama masa transisi menopause," kata Ellen W. Freeman, Profesor di University of Pennsylvania.
Meskipun depresi adalah umum selama masa transisi wanita menopause, pemahaman yang berisiko mengalami depresi selama periode ini fluktuasi hormonal dapat membuka jalan bagi pengobatan yang lebih baik.