Bisnis.com, JAKARTA—Indonesia masih kekurangan sekitar 1 juta kantong darah per tahun untuk menurunkan angka kematian ibu saat melahirkan.
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kementerian Kesehatan Oscar Primadi mengatakan pemerintah membuat program kerja sama antara Puskesmas, unit transfusi darah (UTD) dan rumah sakit dalam pelayanan darah untuk menurunkan angka kematian ibu. Program tersebut dibentuk untuk menjamin tersedianya darah yang cukup bagi ibu hamil, melahirkan, dan nifas.
“Kami berharap dapat meningkatkan peran masyarakat untuk menjadi pendonor darah sukarela karena ketersediaan darah di sarana kesehatan sangat ditentukan oleh partisipasi masyarakat dalam mendonorkan darahnya,” ujarnya, Rabu (12/7).
Oscar menjelaskan saat ini sebanyak 2.394 Puskesmas melalui 123 Dinas Kesehatan kabupaten/kota telah menandatangani nota kesepahaman dengan UTD dan Rumah Sakit.
Di Indonesia berdasarkan data rutin kesehatan ibu dan anak tahun 2016, 28% penyebab kematian ibu adalah pendarahan. Hal ini dapat dicegah jika semakin banyak pendonor darah sukarela yang secara rutin mendonorkan darahnya.
Menteri Kesehatan Nila F. Moeloek berpesan khususnya untuk yang bekerja di bidang kesehatan, agar dapat memberikan teladan kepada masyarakat dengan menjadikan donor darah sebagai bagian dari gaya hidup. Aksi donor darah sukarela seharusnya tidak hanya dilaksanakan pada acara-acara khusus saja, tetapi menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat untuk secara rutin mendonorkan darahnya.