Bisnis.com, JAKARTA - Meskipun penderita katarak umumnya dialami oleh mereka yang berusia lanjut, tetapi pada beberapa kasus katarak juga dapat diderita oleh bayi dan anak.
Menurut Dr. Ni Retno Setyoningrum, SpM(K), Ketua Layanan Children Eye & Squint Clinic JEC @ Kedoya, faktor penyebabnya antara lain karena terdapat infeksi atau malnutrisi ketika bayi berada dalam kandungan.
"Bayi yang lahir prematur, ibu terkena rubella atau toksoplasma akan meningkatkan kemungkinan bayi yang lahir memiliki gejala katarak," ujarnya di sela-sela kegiatan Bakti Katarak di Jakarta Eye Centre (JEC) Kedoya, Jakarta, Sabtu (24/02/2018).
Adapun prosedur operasi katarak pada anak, lanjut dia, lebih komplek dibandingkan dengan pasien dewasa. Bahkan, utuk memastikan operasi berjalan lancar dan nyaman, dokter harus melakukan anastesi umum.
Katarak masuk dalam kategori gangguan mata yang dapat dicegah dengan tindakan Operasi. Pada pasien anak, tindakan operasi bertujuan untuk mengganti lensa yang keruh dengan lensa buatan.
Pada bayi yang menderita katarak, tindakan operasi dilakukan terhadap anak pada rentang usia 2--4 bulan. Sebelum pelaksanaan, pasien anak harus menjalani pemeriksaan pra-operasi terlebih dahulu.
Meliputi kondisi awal sebelum operasi, perlu tidaknya ditanam lensa intraokular, sampai dengan pemeriksaan kondisi kesehatan secara menyeluruh guna memastikan anak telah benar-benar siap menjalani operasi.
Setelah pelaksanaan operasi, pasien anak juga perlu menjalani terapi amblyopia untuk membiasakan dengan kondisi mata yang baru. Karena itu dukungan dan perhatian dari orangtua dan keluarga menjadi faktor penting yang membantu kesembuhan penglihatan anak.
Memperingati hari jadinya ke-34 tahun, Jakarta Eye Centre atau JEC menggelar berbagai kegiatan yang terkait dengan fungsinya sebagai pusat pengobatan mata, salah satunya adalah melaksanakan operasi katarak terhadap ratusan pasien, tanpa dipungut biaya.